Vitamin A adalah vitamin yang dapat dipecahkan lemak dengan empat fungsi utama pada tubuh:
1. Vitamin A membantu sel bereproduksi secara normal, sebuah proses yang disebut diferensiasi. Sel-sel yang tidak berdiferensiasi dengan seharusnya bisa berubah menjadi pra-kanker.
2. Vitamin A diperlukan untuk penglihatan. Vitamin A menjaga kesehatan sel pada berbagai macam struktur mata dan diperlukan untuk transfer cahaya menjadi tanda-tanda syaraf di retina.
3. Vitamin A diperlukan untuk pertumbuhan normal dan pengembangan embrio dan janin, memengaruhi gen yang menentukan rangkaian perkembangan organ-organ pada perkembangan embrio.
4. Vitamin A diperlukan untuk fungsi reproduksi normal, dengan pengaruh pada fungsi dan pembentukan sperma, indung telur dan plasenta.
Untuk beberapa orang, bentuk-bentuk vitamin A suplemen yang dapat dipecahkan oleh air tampaknya dapat diserap lebih baik daripada vitamin A yang dipecahkan oleh lemak.
Hati, produk-produk yang terbuat dari susu, dan minyak hati ikan cod merupakan sumber vitamin A. Vitamin A juga terdapat dalam bentuk suplemen. Vitamin A biasanya digunakan dalam hubungannya dengan beberapa kondisi di bawah ini:
1. PRIMER: anemia (jika kekurangan vitamin A), penyakit-penyakit yang menimpa anak-anak, cystic fibrosis, infeksi, leukoplakia, cacar air/campak (jika kekurangan vitamin A), rabun ayam.
2. SEKUNDER: Bronkitis, celiac disease (hanya jika kekurangan vitamin A), serangan jantung, fungsi imun tubuh, anemia karena kekurangan zat besi, cacar air/campak (untuk kasus-kasus yang berat), menorrhagia (menstruasi yang berat), peptic ulcer (maag akut), retinitis pigmentosa (penyakit mata turunan yang menyerang retina), sprainsand strains (luka pada jaringan lunak khususnya ligamen, tendon, dan persendian), penyembuhan luka.
3. LAINNYA: jerawat, pendukung pelepasan dari ketergantungan alkohol, konjungtivitis/blepharitis, penyakit crohn (penyakit di usus besar), Diabetic retinopathy (kombinasikan dengan selenium, vitamin C, dan vitamin E), diare, radang lambung, gondong, pendukung HIV, hipotiroid, kanker paru-paru, pap smear (abnormal), kesehatan pra- dan pasca-operasi, premenstruasi syndrome, retinopathy (penyakit yang berhubungan dengan retina, kombinasikan dengan selenium, vitamin C, dan vitamin E), sickle cell anemia, infeksi saluran kencing, vaginitis.
Siapa yang mungkin bisa kekurangan vitamin A?
* Orang yang membatasi konsumsi mereka akan hati, produk-produk yang berasal dari susu, dan sayur-sayuran yang mengandung beta-karoten, dapat mengalami kekurangan vitamin A.
* Bayi yang berat badannya saat lahir sangat rendah (2,2 pounds atau 0,99 kg atau kurang) memiliki resiko yang tinggi lahir dengan kekurangan vitamin A, dan suntikan vitamin A diberikan kepada bayi-bayi ini telah dilaporkan dapat mengurangi resiko sakit paru-paru.
Tanda-tanda awal kekurangan vitamin A :
* Lemahnya penglihatan pada malam hari.
* Kulit kering
* Meningkatnya risiko infeksi, dan metaplasia (kondisi pra-kanker).
* Kekurangan vitamin A yang parah, yang dapat menyebabkan kebutaan, secara ekstrim jarang terjadi di lingkungan barat.
Kekurangan vitamin A yang parah yang jarang terjadi, biasanya terjadi karena kondisi-kondisi yang bermacam-macam, yang menyebabkab mal-absorpsi. Dilaporkan pula tingginya peristiwa kekurangan vitamin A pada orang yang terinfeksi HIV.
Orang dengan hipotiroid memiliki kemampuan yang lemah untuk mengubah beta-karoten menjadi vitamin A. Untuk alasan ini, beberapa dokter menyarankan untuk mengonsumsi suplemen vitamin A, jika mereka tidak mengonsumsi vitamin A dalam jumlah yang seharusnya pada pola makan mereka.
Orang yang sudah sangat tua dengan diabetes tipe-2 menunjukkan penurunan vitamin A pada darahnya yang secara signifikan karena faktor usia, terlepas dari konsumsi vitamin A pada pola makannya.
sumber : http://clubbing.kapanlagi.com/showthread.php?t=18839
Minggu, 26 Desember 2010
manfaat vit.B kompleks
Pada masa pertumbuhan, asupan nutrisi anak memegang peran sangat vital. Salah satu asupan nutrisi yang tak boleh ketinggalan adalah vitamin. Zat yang satu ini sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama oleh anak-anak. Salah satu vitamin yang tak boleh dilewatkan adalah Vitamin B kompleks. Vitamin ini dulu hanya dikenal sebagai Vitamin B saja (seperti Vitamin C atau Vitamin D). Tapi, pada beberapa penelitian selanjutnya, ternyata masing-masing jenis Vitamin B memiliki komposisi yang berbeda. Sekarang pun Vitamin B dibagi menjadi beberapa seperti B1, B2, B3, B6, dan B12.
Lantas apa manfaat Vitamin B Kompleks ini bagi tubuh si kecil? Manfaat yang diberikan vitamin B Kompleks bagi tubuh sangat beragam. Bagi si kecil yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun otak, Vitamin B Kompleks membantu merangsang pertumbuhan, meningkatkan kemampuan berpikir, dan memberikan tenaga tambahan. Vitamin B Kompleks juga menjadi perlindungan bagi si kecil dari ancaman penyakit beri-beri.
Tak hanya itu, Vitamin B Kompleks juga dibutuhkan untuk menjaga dan merawat kesehatan mata, kulit, kuku dan rambut. Pertumbuhan bagian-bagian tersebut bisa dijadikan indikasi kesehatan si kecil. Jika mata, kulit, kuku dan rambut si kecil sehat dan bagus, si kecil biasanya dalam keadaan sehat. Vitamin B Kompleks juga bermanfaat sebagai nutrisi anti stres. Keberadaannya juga penting untuk memproduksi dan melakukan perbaikan sel darah merah. Tak hanya itu, Vitamin B Kompleks juga mampu meningkatkan produksi sel darah putih sehingga daya tahan tubuh meningkat.
Alasan lain mengapa Vitamin B Kompleks sangat direkomendasikan kepada anak-anak karena vitamin B kompleks juga berfungsi membantu membawa oksigen ke seluruh tubuh, juga ke otak. Kurangnya sirkulasi oksigen ke otak akan menurunkan konsentrasi. Dengan konsumsi Vitamin B kompleks, daya konsentrasi akan meningkat. Mengingat sangat beragamnya manfaat Vitamin B Kompleks, sangat dianjurkan untuk memberikan asupan Vitamin B Kompleks kepada si kecil. Berikut ini beberapa sumber makanan yang mengandung Vitamin B:
•Vitamin B1 (Thiamine): Gandung, daging, susu, kacang hijau, beras, dan telur.
•Vitamin B2 (Riboflavin): Sayuran hijau, kuning telur, dan susu.
•Vitamin B3 (Niasin): Buah-buahan, gandum, hati, ikan, dan kentang.
•Vitamin B5 (Pantothenic acid): Daging, susu, sayuran hijau, dan hati.
•Vitamin B6 (Pyridoxine): Kacang-kacangan jagung, beras, hati, ikan, dan daging.
•Vitamin B12 (Cobalamins): Telur, hati dan daging.
Berikan makanan-makanan tersebut untuk memberikan asupan Vitamin B Kompleks yang memberikan setumpuk manfaat kepada si kecil. Seandainya si kecil tidak menyukai makanan-makanan sumber Vitamin B Kompleks, Anda bisa memberikan suplemen Vitamin B Kompleks kepada si kecil. Suplemen ini biasanya lebih mudah dikonsumsi anak, karena berbentuk sirup dengan rasa yang enak.
sumber :
Lantas apa manfaat Vitamin B Kompleks ini bagi tubuh si kecil? Manfaat yang diberikan vitamin B Kompleks bagi tubuh sangat beragam. Bagi si kecil yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun otak, Vitamin B Kompleks membantu merangsang pertumbuhan, meningkatkan kemampuan berpikir, dan memberikan tenaga tambahan. Vitamin B Kompleks juga menjadi perlindungan bagi si kecil dari ancaman penyakit beri-beri.
Tak hanya itu, Vitamin B Kompleks juga dibutuhkan untuk menjaga dan merawat kesehatan mata, kulit, kuku dan rambut. Pertumbuhan bagian-bagian tersebut bisa dijadikan indikasi kesehatan si kecil. Jika mata, kulit, kuku dan rambut si kecil sehat dan bagus, si kecil biasanya dalam keadaan sehat. Vitamin B Kompleks juga bermanfaat sebagai nutrisi anti stres. Keberadaannya juga penting untuk memproduksi dan melakukan perbaikan sel darah merah. Tak hanya itu, Vitamin B Kompleks juga mampu meningkatkan produksi sel darah putih sehingga daya tahan tubuh meningkat.
Alasan lain mengapa Vitamin B Kompleks sangat direkomendasikan kepada anak-anak karena vitamin B kompleks juga berfungsi membantu membawa oksigen ke seluruh tubuh, juga ke otak. Kurangnya sirkulasi oksigen ke otak akan menurunkan konsentrasi. Dengan konsumsi Vitamin B kompleks, daya konsentrasi akan meningkat. Mengingat sangat beragamnya manfaat Vitamin B Kompleks, sangat dianjurkan untuk memberikan asupan Vitamin B Kompleks kepada si kecil. Berikut ini beberapa sumber makanan yang mengandung Vitamin B:
•Vitamin B1 (Thiamine): Gandung, daging, susu, kacang hijau, beras, dan telur.
•Vitamin B2 (Riboflavin): Sayuran hijau, kuning telur, dan susu.
•Vitamin B3 (Niasin): Buah-buahan, gandum, hati, ikan, dan kentang.
•Vitamin B5 (Pantothenic acid): Daging, susu, sayuran hijau, dan hati.
•Vitamin B6 (Pyridoxine): Kacang-kacangan jagung, beras, hati, ikan, dan daging.
•Vitamin B12 (Cobalamins): Telur, hati dan daging.
Berikan makanan-makanan tersebut untuk memberikan asupan Vitamin B Kompleks yang memberikan setumpuk manfaat kepada si kecil. Seandainya si kecil tidak menyukai makanan-makanan sumber Vitamin B Kompleks, Anda bisa memberikan suplemen Vitamin B Kompleks kepada si kecil. Suplemen ini biasanya lebih mudah dikonsumsi anak, karena berbentuk sirup dengan rasa yang enak.
sumber :
fitur bahasa pemrograman
Istilah "bahasa pemrograman tingkat tinggi" tidak serta merta menjadikan bahasa tersebut lebih baik dibandingkan dengan bahasa pemrograman tingkat rendah. Akan tetapi, maksud dari "tingkat tinggi" di sini merujuk kepada abstraksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahasa tingkat rendah terhadap bahasa mesin. Dibandingkan dengan harus berurusan dengan register, alamat memori dan stack-stack panggilan, bahasa pemrograman tingkat tinggi akan berurusan dengan variabel, larik, dan ekspresi aritmetika atau aljabar Boolean. Selain itu, tidak seperti bahasa rakitan, bahasa tingkat tinggi tidak memiliki opcode atau kode operasi yang dapat secara langsung menjadikan bahasa tersebut menjadi kode mesin. Fitur lainnya seperti rutin-rutin penanganan string, fitur pemrograman berorientasi objek, input/output terhadap berkas juga terdapat di dalam jenis bahasa ini.
Secara umum, bahasa tingkat tinggi akan membuat pemrograman komputer yang kompleks menjadi lebih sederhana, sementara bahasa tingkat rendah cenderung untuk membuat kode yang lebih efisien. Dalam sebuah bahasa tingkat tinggi, elemen-elemen kompleks dapat dipecah ke dalam beberapa elemen yang lebih sederhana, meski masih dapat dianggap kompleks, di mana bahasa tersebut menyediakan abstraksi. Karena alasan ini, kode-kode yang harus berjalan dengan efisien dapat ditulis dalam bahasa pemrograman tingkat rendah, sementara bahasa tingkat tinggi digunakan untuk mempermudah pemrograman.
Akan tetapi, dengan bertambah rumitnya arsitektur mikroprosesor modern, kompilator-kompilator bahasa pemrograman tingkat tinggi dapat membuat kode yang lebih efisien dibandingkan dengan para programmer bahasa pemrograman tingkat rendah yang melakukannya secara manual.
Perlu dicatat bahwa istilah "tingkat tinggi" dan "tingkat rendah" adalah relatif. Pada awalnya, bahasa rakitan dianggap sebagai bahasa tingkat rendah, sementara COBOL, C, dan lain-lainnya dianggap sebagai bahasa tingkat tinggi, mengingat mereka mengizinkan abstraksi terhadap fungsi, variabel, dan evaluasi ekspresi. Akan tetapi, banyak programmer saat ini mungkin menganggap bahasa C sebagai bahasa pemrograman tingkat rendah, mengingat bahasa pemrograman tersebut mengizinkan akses memori secara langsung dengan menggunakan alamatnya, dan juga dapat menggunakan beberapa direktif bahasa rakitan.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pemrograman_tingkat_tinggi
Secara umum, bahasa tingkat tinggi akan membuat pemrograman komputer yang kompleks menjadi lebih sederhana, sementara bahasa tingkat rendah cenderung untuk membuat kode yang lebih efisien. Dalam sebuah bahasa tingkat tinggi, elemen-elemen kompleks dapat dipecah ke dalam beberapa elemen yang lebih sederhana, meski masih dapat dianggap kompleks, di mana bahasa tersebut menyediakan abstraksi. Karena alasan ini, kode-kode yang harus berjalan dengan efisien dapat ditulis dalam bahasa pemrograman tingkat rendah, sementara bahasa tingkat tinggi digunakan untuk mempermudah pemrograman.
Akan tetapi, dengan bertambah rumitnya arsitektur mikroprosesor modern, kompilator-kompilator bahasa pemrograman tingkat tinggi dapat membuat kode yang lebih efisien dibandingkan dengan para programmer bahasa pemrograman tingkat rendah yang melakukannya secara manual.
Perlu dicatat bahwa istilah "tingkat tinggi" dan "tingkat rendah" adalah relatif. Pada awalnya, bahasa rakitan dianggap sebagai bahasa tingkat rendah, sementara COBOL, C, dan lain-lainnya dianggap sebagai bahasa tingkat tinggi, mengingat mereka mengizinkan abstraksi terhadap fungsi, variabel, dan evaluasi ekspresi. Akan tetapi, banyak programmer saat ini mungkin menganggap bahasa C sebagai bahasa pemrograman tingkat rendah, mengingat bahasa pemrograman tersebut mengizinkan akses memori secara langsung dengan menggunakan alamatnya, dan juga dapat menggunakan beberapa direktif bahasa rakitan.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pemrograman_tingkat_tinggi
Model Eksekusi
Model eksekusi
Ada tiga buah model eksekusi untuk bahasa tingkat tinggi, yakni:
Diinterpretasikan
Bahasa jenis ini akan dibaca dan dieksekusi secara langsung tanpa adanya proses atau tahap kompilasi oleh kompilator. Alat bantu yang mampu melakukannya disebut sebagai interpreter.
Dikompilasi
Bahasa jenis ini akan ditransformasikan ke dalam bentuk yang dapat dieksekusi sebelum dijalankan. Ada dua jenis kompilasi yang sering digunakan, yakni:
Intermediate representation
Ketika sebuah bahasa dikompilasi ke dalam intermediate representation, representasi tersebut dapat dioptimalkan atau disimpan untuk eksekusi pada lain waktu tanpa adanya kebutuhan untuk membaca lagi kode sumber program. Ketika representasi intermediate disimpan, umumnya, hal tersebut dinamakan dengan bytecode.
Machine code generation
Beberapa bahasa dapat melakukan kompilasi secara langsung ke dalam bahasa mesin.
Ditranslasikan
Sebuah bahasa juga dapat ditranslasikan ke dalam bahasa pemrograman tingkat rendah di mana kompilator kode bahasa asli telah beredar luas. Bahasa pemrograman C merupakan salah satu target yang umum untuk translator seperti ini.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pemrograman_tingkat_tinggi
Ada tiga buah model eksekusi untuk bahasa tingkat tinggi, yakni:
Diinterpretasikan
Bahasa jenis ini akan dibaca dan dieksekusi secara langsung tanpa adanya proses atau tahap kompilasi oleh kompilator. Alat bantu yang mampu melakukannya disebut sebagai interpreter.
Dikompilasi
Bahasa jenis ini akan ditransformasikan ke dalam bentuk yang dapat dieksekusi sebelum dijalankan. Ada dua jenis kompilasi yang sering digunakan, yakni:
Intermediate representation
Ketika sebuah bahasa dikompilasi ke dalam intermediate representation, representasi tersebut dapat dioptimalkan atau disimpan untuk eksekusi pada lain waktu tanpa adanya kebutuhan untuk membaca lagi kode sumber program. Ketika representasi intermediate disimpan, umumnya, hal tersebut dinamakan dengan bytecode.
Machine code generation
Beberapa bahasa dapat melakukan kompilasi secara langsung ke dalam bahasa mesin.
Ditranslasikan
Sebuah bahasa juga dapat ditranslasikan ke dalam bahasa pemrograman tingkat rendah di mana kompilator kode bahasa asli telah beredar luas. Bahasa pemrograman C merupakan salah satu target yang umum untuk translator seperti ini.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pemrograman_tingkat_tinggi
bahasa pemrograman
Bahasa pemrograman, atau sering diistilahkan juga dengan bahasa komputer, adalah teknik komando/instruksi standar untuk memerintah komputer. Bahasa pemrograman ini merupakan suatu himpunan dari aturan sintaks dan semantik yang dipakai untuk mendefinisikan program komputer. Bahasa ini memungkinkan seorang programmer dapat menentukan secara persis data mana yang akan diolah oleh komputer, bagaimana data ini akan disimpan/diteruskan, dan jenis langkah apa secara persis yang akan diambil dalam berbagai situasi.
Menurut tingkat kedekatannya dengan mesin komputer, bahasa pemrograman terdiri dari:
1.Bahasa Mesin, yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode bahasa biner, contohnya 01100101100110
2.Bahasa Tingkat Rendah, atau dikenal dengan istilah bahasa rakitan (bah.Inggris Assembly), yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode-kode singkat (kode mnemonic), contohnya MOV, SUB, CMP, JMP, JGE, JL, LOOP, dsb.
3.Bahasa Tingkat Menengah, yaitu bahasa komputer yang memakai campuran instruksi dalam kata-kata bahasa manusia (lihat contoh Bahasa Tingkat Tinggi di bawah) dan instruksi yang bersifat simbolik, contohnya {, }, ?, <<, >>, &&, ||, dsb.
4.Bahasa Tingkat Tinggi, yaitu bahasa komputer yang memakai instruksi berasal dari unsur kata-kata bahasa manusia, contohnya begin, end, if, for, while, and, or, dsb.
Sebagian besar bahasa pemrograman digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Tinggi, hanya bahasa C yang digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Menengah dan Assembly yang merupakan Bahasa Tingkat Rendah.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pemrograman
Menurut tingkat kedekatannya dengan mesin komputer, bahasa pemrograman terdiri dari:
1.Bahasa Mesin, yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode bahasa biner, contohnya 01100101100110
2.Bahasa Tingkat Rendah, atau dikenal dengan istilah bahasa rakitan (bah.Inggris Assembly), yaitu memberikan perintah kepada komputer dengan memakai kode-kode singkat (kode mnemonic), contohnya MOV, SUB, CMP, JMP, JGE, JL, LOOP, dsb.
3.Bahasa Tingkat Menengah, yaitu bahasa komputer yang memakai campuran instruksi dalam kata-kata bahasa manusia (lihat contoh Bahasa Tingkat Tinggi di bawah) dan instruksi yang bersifat simbolik, contohnya {, }, ?, <<, >>, &&, ||, dsb.
4.Bahasa Tingkat Tinggi, yaitu bahasa komputer yang memakai instruksi berasal dari unsur kata-kata bahasa manusia, contohnya begin, end, if, for, while, and, or, dsb.
Sebagian besar bahasa pemrograman digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Tinggi, hanya bahasa C yang digolongkan sebagai Bahasa Tingkat Menengah dan Assembly yang merupakan Bahasa Tingkat Rendah.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_pemrograman
3 konsep OOP
konsep dasar pada java terdiri dari 3 bagian:
1. Pemodulan/pengkapsulan (encapsulation)
2. Penurunan/pewarisan (Inheritance)
3. Polimorfisme (Polimorphism)
PEMODULAN (ENCAPSULATION)
Pemodulan adalah metode untuk menggabungkan data dengan fungsi. Dalam konsep ini data dan fungsi digabung menjadi satu kesatuan yaitu kelas. Konsep ini erat kaitannya dengan konsep penyembunyian informasi (information hiding).
PENURUNAN (INHERITANCE)
Dari konsep penurunan ini suatu kelas bisa diturunkan menjadi kelas
baru yang masih mewarisi sifat-sifat kelas orangtuanya. Hal ini dapat
dianalogikan dengan kelas manusia. Manusia merupakan turunan dari
orang tuanya dan sifat-sifat orang tua diwarisi olehnya. Bisa ditarik
kesimpulan bahwa semua kelas di dunia selalu memiliki hirarki yang
menggambarkan silsilah kelas tersebut.
POLIMORFISME (POLYMORPHISM)
Polimorfisme berarti kelas-kelas yang berbeda tetapi berasal dari
satu orang tua dapat mempunyai metode yang sama tetapi cara
pelaksanaannya berbeda-beda. Atau dengan kata lain, suatu fungsi akan
memiliki perilaku berbeda jika dilewatkan ke kelas yang berbeda-beda.
1. Pemodulan/pengkapsulan (encapsulation)
2. Penurunan/pewarisan (Inheritance)
3. Polimorfisme (Polimorphism)
PEMODULAN (ENCAPSULATION)
Pemodulan adalah metode untuk menggabungkan data dengan fungsi. Dalam konsep ini data dan fungsi digabung menjadi satu kesatuan yaitu kelas. Konsep ini erat kaitannya dengan konsep penyembunyian informasi (information hiding).
PENURUNAN (INHERITANCE)
Dari konsep penurunan ini suatu kelas bisa diturunkan menjadi kelas
baru yang masih mewarisi sifat-sifat kelas orangtuanya. Hal ini dapat
dianalogikan dengan kelas manusia. Manusia merupakan turunan dari
orang tuanya dan sifat-sifat orang tua diwarisi olehnya. Bisa ditarik
kesimpulan bahwa semua kelas di dunia selalu memiliki hirarki yang
menggambarkan silsilah kelas tersebut.
POLIMORFISME (POLYMORPHISM)
Polimorfisme berarti kelas-kelas yang berbeda tetapi berasal dari
satu orang tua dapat mempunyai metode yang sama tetapi cara
pelaksanaannya berbeda-beda. Atau dengan kata lain, suatu fungsi akan
memiliki perilaku berbeda jika dilewatkan ke kelas yang berbeda-beda.
KONSEP DASAR OOP JAVA
OOP(Pemrograman berorientasi objek) diciptakan sebagai metode yang dapat mempermudah pengembangan program dengan cara mengikuti model yang telah ada dalam kehidupan nyata. Dalam paradigma ini, sesuai dengan model kehidupan nyata, segala bagian (entiti) dari suatu permasalahan adalah objek. Objek-objek ini kemudian juga dapat berupa gabungan dari beberapa objek yang lebih kecil. Sebagai contoh, tengoklah sebuah mobil. Mobil adalah sebuah objek dalam kehidupan nyata. Namun mobil sendiri terbentuk dari beberapa objek yang lebih kecil seperti roda ban, mesin, jok, dll. Mobil sebagai objek yang merupakan gabungan dari objek yang lebih kecil dibentuk dengan membentuk hubungan antara objek-objek penyusunnya. Begitu juga dengan sebuah program. Objek besar dapat dibentuk dengan menggabungkan beberapa objek-objek dalam bahasa pemrograman. Objek-objek tersebut berkomunikasi dengan saling mengirim pesan kepada objek lain.
Konsep-konsep pemrograman berorientasi objek dalam Java secara umum sama dengan yang digunakan oleh bahasa-bahasa lain. Jadi kebanyakan konsep yang kita bahas juga terdapat dalam bahasa selain Java. Namun, terkadang terdapat perbedaan-perbedaan kecil antara penerapan konsep-konsep tersebut dalam masing-masing bahasa.
Pemrograman berorientasi objek sering sekali disebut sebagai
PBO/OOP (Object Oriented Programming). Bahasa pemrograman yang
lazim digunakan dalam PBO adalah C++ ( Keluaran Borland disebut
Borland C++, sedangkan dari Microsoft disebut Ms C++. Namun yang
terakhir kurang poluler ). Demikian pula, jka ada bahasa pemrograman
yang menggunakan C++ sebagai landasan utama bagi pengembangannya,
maka bahasa tersebut bisa dipakai untuk PBO, seperti Java, yang
menjadi perhatian utama dalam pelatihan ini (bahasa ini sangat populer
pada jaringan komputer, dalam hal ini adalah: Internet).
Konsep-konsep pemrograman berorientasi objek dalam Java secara umum sama dengan yang digunakan oleh bahasa-bahasa lain. Jadi kebanyakan konsep yang kita bahas juga terdapat dalam bahasa selain Java. Namun, terkadang terdapat perbedaan-perbedaan kecil antara penerapan konsep-konsep tersebut dalam masing-masing bahasa.
Pemrograman berorientasi objek sering sekali disebut sebagai
PBO/OOP (Object Oriented Programming). Bahasa pemrograman yang
lazim digunakan dalam PBO adalah C++ ( Keluaran Borland disebut
Borland C++, sedangkan dari Microsoft disebut Ms C++. Namun yang
terakhir kurang poluler ). Demikian pula, jka ada bahasa pemrograman
yang menggunakan C++ sebagai landasan utama bagi pengembangannya,
maka bahasa tersebut bisa dipakai untuk PBO, seperti Java, yang
menjadi perhatian utama dalam pelatihan ini (bahasa ini sangat populer
pada jaringan komputer, dalam hal ini adalah: Internet).
Rabu, 24 November 2010
menyesuaikan diri dengan lingkungan
Manusia sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan, yang menjadi sumber stres. Cara-cara yang dilakukan untuk menghadapi lingkungan (stress) beranekaragam, dan keberhasilan dalam penyesuaian diri pun beranekaragam. Bagi mereka yang berhasil menyesuaikan diri, maka akan dapat hidup dengan harmonis, tetapi bagi mereka yang gagal akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan perilaku menyimpang dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan atau gangguan yang lain (psikotik, neurotik, psikopatik). Stres terjadi apabila seseorang mengalami tekanan (pressure) dari lingkungan atau ia mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhannya yang mengakibatkan frustrasi dan ia tidak mampu mengatasinya. Dalam menghadapi stres ini akan sangat dipengaruhi oleh individu yang bersangkutan, bagaimana kepribadiannya, persepsinya, dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
Tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika adalah contoh dari kegagalan dalam penyesuaian diri terhadap tekanan dan frustrasi yang dialami dari lingkungan. Karena tuntutan dari kemiskinan yang dideritanya, seorang individu mampu melakukan tindak kriminal seperti menodong, mencuri, bahkan membunuh. Begitu pula dengan perubahan yang dialami oleh seseorang dalam lingkungannya, perubahan tersebut akan menjadi sumber stres, dan ia dituntut untuk menyesuaikan diri sehingga terbentuk kembali keharmonisan antara kebutuhan dirinya dan tuntutan lingkungan.
Penyesuaian diri yang baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan.
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri
sumber : http://wal-ashri.blogspot.com/2009/05/penyesuaian-diri.html
Tindak kriminal, penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika adalah contoh dari kegagalan dalam penyesuaian diri terhadap tekanan dan frustrasi yang dialami dari lingkungan. Karena tuntutan dari kemiskinan yang dideritanya, seorang individu mampu melakukan tindak kriminal seperti menodong, mencuri, bahkan membunuh. Begitu pula dengan perubahan yang dialami oleh seseorang dalam lingkungannya, perubahan tersebut akan menjadi sumber stres, dan ia dituntut untuk menyesuaikan diri sehingga terbentuk kembali keharmonisan antara kebutuhan dirinya dan tuntutan lingkungan.
Penyesuaian diri yang baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan.
Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri
sumber : http://wal-ashri.blogspot.com/2009/05/penyesuaian-diri.html
konsep diri
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsep-diri memiliki tiga dimensi, yaitu:
1. Pengetahuan tentang diri anda
Adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda. Misalkan jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.
2. Pengharapan bagi anda
Adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa kelak.
3. Penilaian terhadap diri anda
Adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang menurut anda dapat dan seharusnya terjadi pada diri anda. Hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.
Konsep-diri memiliki dua kecondongan, yaitu:
1. Konsep-diri NEGATIF
2. Konsep-diri POSITIF
Sumber: http://www.a741k.web44.net/KENALI%20KONSEP.htm
Konsep-diri memiliki tiga dimensi, yaitu:
1. Pengetahuan tentang diri anda
Adalah informasi yang anda miliki tentang diri anda. Misalkan jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.
2. Pengharapan bagi anda
Adalah gagasan anda tentang kemungkinan menjadi apa kelak.
3. Penilaian terhadap diri anda
Adalah pengukuran anda tentang keadaan anda dibandingkan dengan apa yang menurut anda dapat dan seharusnya terjadi pada diri anda. Hasil pengukuran tersebut adalah rasa harga diri.
Konsep-diri memiliki dua kecondongan, yaitu:
1. Konsep-diri NEGATIF
2. Konsep-diri POSITIF
Sumber: http://www.a741k.web44.net/KENALI%20KONSEP.htm
TOPIK
Pengertian topik :
Topik adalah bagian dari karangan dimana mencakup secara keseluruhan dari isi karangan yang akan disampaikan kepada pembaca. Oleh karena itu topik juga harus memenuhi syarat-syarat yang baik agar topik tersebut memenuhi criteria yang baik untuk sebuah karangan. Topik sering kali disebut juga sebagai judul.
Dalam pembuatan sebuah karangan tentunya harus memiliki sebuah judul. Dimana judul tersebut m,mencakup secara keseluruhan dari karangan yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu judul harus dipilih dengan baik dan memiliki syarat-syarat yang baik untuk dijadikan judul.
Syarat judul/topik yang baik :
- Judul harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
- judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
- Judul harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
- Judul tidak provokatif.
- Judul harus singkat dan padat,
- Judul harus dapat menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.
Pembatasan Topik
Penulis harus memilih topik yang tepat untuk karangannya. Agar dapat diminati dan disukai oleh pembacanya. Penulis pun harus membatasi topik yang akan digunakannya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas atau sangat khusus untuk dipakai, sehingga tulisannya dapat terfokus.
Untuk melakukan pembatasan terhadap topik dapat dilakukan beberapa hal, seperti dibawah ini:
1. Topik sebaiknya diletakkan pada bagian tengah atas.
2. Dengan melakukan pembatasan terhadap topik, berarti penulis mengetahui benar maksud dari topik yang diambilnya itu.
3. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
Topik adalah bagian dari karangan dimana mencakup secara keseluruhan dari isi karangan yang akan disampaikan kepada pembaca. Oleh karena itu topik juga harus memenuhi syarat-syarat yang baik agar topik tersebut memenuhi criteria yang baik untuk sebuah karangan. Topik sering kali disebut juga sebagai judul.
Dalam pembuatan sebuah karangan tentunya harus memiliki sebuah judul. Dimana judul tersebut m,mencakup secara keseluruhan dari karangan yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu judul harus dipilih dengan baik dan memiliki syarat-syarat yang baik untuk dijadikan judul.
Syarat judul/topik yang baik :
- Judul harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
- judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
- Judul harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
- Judul tidak provokatif.
- Judul harus singkat dan padat,
- Judul harus dapat menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.
Pembatasan Topik
Penulis harus memilih topik yang tepat untuk karangannya. Agar dapat diminati dan disukai oleh pembacanya. Penulis pun harus membatasi topik yang akan digunakannya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas atau sangat khusus untuk dipakai, sehingga tulisannya dapat terfokus.
Untuk melakukan pembatasan terhadap topik dapat dilakukan beberapa hal, seperti dibawah ini:
1. Topik sebaiknya diletakkan pada bagian tengah atas.
2. Dengan melakukan pembatasan terhadap topik, berarti penulis mengetahui benar maksud dari topik yang diambilnya itu.
3. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.
Selasa, 16 November 2010
Pola Pengembangan Paragraf
Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:
1. Kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.
2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas.
Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya, apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi, Argumentasi). Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya.
Sumber : http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
1. Kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan penjelas.
2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan penjelas.
Gagasan utama paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam pola pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya, apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi, Argumentasi). Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya.
Sumber : http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsur utama yaitu tokoh-tokoh, kejadian, dan latar ruang atau waktu.
Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi.
Narasi fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif.
Narasi fiksi disebut juga narasi sugestif.
Contohnya: novel dan cerpen.
Narasi nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, suatu yang ada dan benar-benar terjadi.
Narasi ini disebut juga narasi ekspositori.
Contohnya biografi dan laporan perjalanan.
Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:
Narasi Fiksi
1.Menyampaikan makna atau amanat secara tersirat sebagai sarana rekreasi rohaniah.
2.Menggugah majinasi.
3.Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.
4.Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.
Narasi Nonfiksi
1.menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.
2.memperluas pengetahuan atau wawasan.
3.Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.
4.Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi.
Narasi fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif.
Narasi fiksi disebut juga narasi sugestif.
Contohnya: novel dan cerpen.
Narasi nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, suatu yang ada dan benar-benar terjadi.
Narasi ini disebut juga narasi ekspositori.
Contohnya biografi dan laporan perjalanan.
Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:
Narasi Fiksi
1.Menyampaikan makna atau amanat secara tersirat sebagai sarana rekreasi rohaniah.
2.Menggugah majinasi.
3.Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.
4.Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.
Narasi Nonfiksi
1.menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.
2.memperluas pengetahuan atau wawasan.
3.Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.
4.Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Dari paragraf Jenis ini diharapkan para pembaca dapat memahami hal atau objek itu dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang dikemukakan, paragraf eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya. Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf eksposisi, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta ilustrasi.
a. Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh prose dengan jelas.
b. Pola Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya, akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
c. Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
a. Pola Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pembaca dapat melihat seluruh prose dengan jelas.
b. Pola Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik. Akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya, akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
c. Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkrit. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekedar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang.
a. Pola Spansial
Pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Pola ini menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografi (misalnya: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan). Deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturut-turut hingga tingkat terakhir, penggambaran terhadap suasana suatu lingkungan dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.
b. Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
a. Pola Spansial
Pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Pola ini menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografi (misalnya: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan). Deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturut-turut hingga tingkat terakhir, penggambaran terhadap suasana suatu lingkungan dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.
b. Pola Sudut Pandang
Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spansial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
Paragraf Argumentasi
Argumentasi bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan. Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap atau keyakinan.
Dalam beberapa hal memang terdapat beberapa persamaan antara paragraf-paragraf eksposisi, yang telah kita pelajari terdahulu, dengan paragraf argumentasi. Persamaan tersebut, antara lain bahwa kedua jenis paragraf tersebut sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian, terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya.
Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan antara paragraph eksposisi dan argumentasi adalah sebagai berikut.
a. persamaan
1) Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan dan keyakinan kita.
2) Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau dipenjelas dengan angka, peta, grafik, diagram, gambar, dan lain-lainnya.
3) Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya.
4) Argumentasi dan eksposisis sama-sama menggali idenya dari:
a) pengalaman,
b) pengamatan dan penelitian,
c) sikap dan keyakinan.
b. Perbedaan
1) Tujuan eksposisi hanya menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap dan keyakinan kita benar.
2) Eksposisi menggunakan contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi memberi contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar.
3) Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
4) Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kesimpulan atas sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
Dalam beberapa hal memang terdapat beberapa persamaan antara paragraf-paragraf eksposisi, yang telah kita pelajari terdahulu, dengan paragraf argumentasi. Persamaan tersebut, antara lain bahwa kedua jenis paragraf tersebut sama-sama memerlukan data dan fakta yang meyakinkan. Namun demikian, terdapat pula perbedaan yang mencolok antara keduanya.
Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan antara paragraph eksposisi dan argumentasi adalah sebagai berikut.
a. persamaan
1) Argumentasi dan eksposisi sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan dan keyakinan kita.
2) Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan fakta yang diperkuat atau dipenjelas dengan angka, peta, grafik, diagram, gambar, dan lain-lainnya.
3) Argumentasi dan eksposisi sama-sama memerlukan analisis dan sintesis dalam pembahasannya.
4) Argumentasi dan eksposisis sama-sama menggali idenya dari:
a) pengalaman,
b) pengamatan dan penelitian,
c) sikap dan keyakinan.
b. Perbedaan
1) Tujuan eksposisi hanya menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya. Argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca menyetujui bahwa pendapat, sikap dan keyakinan kita benar.
2) Eksposisi menggunakan contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang kita kemukakan. Argumentasi memberi contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk membuktikan bahwa sesuatu yang kita kemukakan itu benar.
3) Penutup pada akhir eksposisi biasanya menegaskan lagi dari sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
4) Penutup pada akhir argumentasi biasanya berupa kesimpulan atas sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.
SUMBER :
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pola-pengembangan-paragraf/
kerangka karangan / outline
Definisi Kerangka karangan
Kerangka karangan merupakan rancangan pembuatan karangan yang berbentuk kalimat-kalimat. Kerangka karangan biasanya hanya terdiri dari satu kalimat saja, karena kerangka karanganadalah inti dari sebuah paragraf, dimana nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Kerangka karangan harus dibuat secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Manfaat kerangka karangan
Manfaat kerangka karangan antara lain :
- Bermanfaat untuk membantu penyusunan sebuah karangan agar menjadi teratur dan terarah.
- Mempermudah penulis untuk menentukan klimaks dari sebuah karangan.
- Membantu penulis untuk mencari bahan pembuatan kalimat pengembang kerangka karangan tersebut. Dsb…
Macam – macam pola susunan kerangka karangan
1. Pola alamiah
Susunan kerangka karangan secara urutan kronologis keadaan sebenarnya (yang nyata di alam).
Susunan alamiah ini dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a. Berdasarkan urutan ruang, contoh :
Topic : kemacetan
Tema : lokasi rawan kemacetan
Tujuan : untuk mengetahui lokasi terjadi kemacetan
b. Berdasakan urutan urutan waktu, contoh :
Topic : budaya
Tema : perkembangan budaya dari waktu ke waktu
Tujuan : untuk mengetahui perkembangan budaya
c. Berdasarkan urutan topic yang ada, contoh :
Topic : korupsi
Tema : kasus korupsi yang terjadi di Indonesia
Tujuan : untuk mengetahui sebab dan akibat kasus korupsi di Indonesia
2. Pola logis
Susunan kerangka karangan berdasarkan urutan yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh setiap pembaca.
Susunan secara logis ini terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Klimaks – anti klimaks
Kerangka karangan yang awalnya merupakan puncak dari inti karangan, dan semakin keakhir, semakin tidak klimaks (hanya berisi kalimat penjelas).
b. Umum – khusus
Kerangka karangan yang awalnya hanya berisi kalimat penjelas dan semakin keakhir, semakin menuju inti dari karangan tersebut.
c. Sebab – akibat
Kerangka karangan yang berisi sebab dan akibat dari suatu hal yang dibicarakan dalam karangan tersebut.
d. Proses
Kerangka karangan yang berisi langkah – langkah (proses).
e. Dll…
Kerangka karangan merupakan rancangan pembuatan karangan yang berbentuk kalimat-kalimat. Kerangka karangan biasanya hanya terdiri dari satu kalimat saja, karena kerangka karanganadalah inti dari sebuah paragraf, dimana nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Kerangka karangan harus dibuat secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
Manfaat kerangka karangan
Manfaat kerangka karangan antara lain :
- Bermanfaat untuk membantu penyusunan sebuah karangan agar menjadi teratur dan terarah.
- Mempermudah penulis untuk menentukan klimaks dari sebuah karangan.
- Membantu penulis untuk mencari bahan pembuatan kalimat pengembang kerangka karangan tersebut. Dsb…
Macam – macam pola susunan kerangka karangan
1. Pola alamiah
Susunan kerangka karangan secara urutan kronologis keadaan sebenarnya (yang nyata di alam).
Susunan alamiah ini dapat dibagi menjadi tiga bagian :
a. Berdasarkan urutan ruang, contoh :
Topic : kemacetan
Tema : lokasi rawan kemacetan
Tujuan : untuk mengetahui lokasi terjadi kemacetan
b. Berdasakan urutan urutan waktu, contoh :
Topic : budaya
Tema : perkembangan budaya dari waktu ke waktu
Tujuan : untuk mengetahui perkembangan budaya
c. Berdasarkan urutan topic yang ada, contoh :
Topic : korupsi
Tema : kasus korupsi yang terjadi di Indonesia
Tujuan : untuk mengetahui sebab dan akibat kasus korupsi di Indonesia
2. Pola logis
Susunan kerangka karangan berdasarkan urutan yang masuk akal dan dapat dimengerti oleh setiap pembaca.
Susunan secara logis ini terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
a. Klimaks – anti klimaks
Kerangka karangan yang awalnya merupakan puncak dari inti karangan, dan semakin keakhir, semakin tidak klimaks (hanya berisi kalimat penjelas).
b. Umum – khusus
Kerangka karangan yang awalnya hanya berisi kalimat penjelas dan semakin keakhir, semakin menuju inti dari karangan tersebut.
c. Sebab – akibat
Kerangka karangan yang berisi sebab dan akibat dari suatu hal yang dibicarakan dalam karangan tersebut.
d. Proses
Kerangka karangan yang berisi langkah – langkah (proses).
e. Dll…
syarat judul
Dalam pembuatan sebuah karangan tentunya harus memiliki sebuah judul. Dimana judul tersebut m,mencakup secara keseluruhan dari karangan yang ingin disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu judul harus dipilih dengan baik dan memiliki syarat-syarat yang baik untuk dijadikan judul.
Syarat judul yang baik :
- Judul harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
- judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
- Judul harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
- Judul tidak provokatif.
- Judul harus singkat dan padat,
- Judul harus dapat menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.
Syarat judul yang baik :
- Judul harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
- judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan.
- Judul harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang.
- Judul tidak provokatif.
- Judul harus singkat dan padat,
- Judul harus dapat menarik perhatian, serta menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.
Minggu, 14 November 2010
PERSUASI
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
1.Menentukan topik/tema
2.Merumuskan tujuan
3.Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.Menyusun kerangka karangan
5.Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Langkah menyusun persuasi:
1.Menentukan topik/tema
2.Merumuskan tujuan
3.Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.Menyusun kerangka karangan
5.Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
ARGUMENTASI
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Langkah menyusun argumentasi:
1.Menentukan topik/tema
2.Menetapkan tujuan
3.Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5.Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Langkah menyusun argumentasi:
1.Menentukan topik/tema
2.Menetapkan tujuan
3.Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5.Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
EKSPOSISI
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Langkah menyusun eksposisi:
Menentukan topik/tema
Menetapkan tujuan
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
DESKRIPSI
Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
menggambarkan atau melukiskan sesuatu,
penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi:
1.Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2.Tentukan tujuan
3.Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4.Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)
5.Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
menggambarkan atau melukiskan sesuatu,
penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi:
1.Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2.Tentukan tujuan
3.Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4.Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)
5.Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
NARASI
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.[rujukan?]
1.(What) Apa yang akan diceritakan,
2.(Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3.(When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4.(Who) Siapa pelaku ceritanya,
5.(Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6.(How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.[rujukan?]
1.(What) Apa yang akan diceritakan,
2.(Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3.(When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4.(Who) Siapa pelaku ceritanya,
5.(Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6.(How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan
Senin, 08 November 2010
kalimat efektif
Kalimat efektif adalah suatu kalimat yang dapat menimbulkan gagasan pada pemikiran pendengar atau pembaca, sehingga pembaca atau pendengar dapat memahami isi / makna dari kalimat tersebut. Suatu kalimat yang bersifat efektik akan mempermudah kecepatan daya tangkap untuk mengetahui pengertian dari kalimat yang disampaikan.
Kalimat efektif memiliki cirri-ciri yang dapat membedakannya dengan kalimat lain, misalnya saja:
- Kesepadanan struktur kalimat
- Keparalelan bentuk dari kalimat
- Ketegasan makna / arti
- Kehematan kata dalam suatu kalimat
- Kecermatan penalaran
- Perpaduan kata
- Penyimpulan suatu gagasan
- Kelogisan bahasa yang digunakan
Syarat – syarat kalimat efektif :
- Koherensi :
Suatu kalimat efektif harus memiliki unsur koherensi yaitu perpaduan antar kata yang digunakan untuk membentuk suatu kalimat yang efektif.
Suatu kalimat dikatakan memenuhi unsur koherensi bila terdapat, subjek, predikat, objek dan keterangan didalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif yang salah :
“Atas perhatian semua saudara-saudari, saya ucapkan terima kasih.”
Kalimat diatas salah maka seharusnya :
“Atas perhatian saudara-saudari, saya ucapkan terima kasih.”
- Keparalelan :
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat efektif dapat diartikan sebagai keparalelan kalimat. Yang berarti kalimat pertama dengan kalimat kedua memiliki penggunaan frase yang sama. Misalnya, apabila kalimat pertama menggunakan imbuhan di- maka kalimat kedua juga harus menggunakan imbuhan di-.
Contoh kalimat yang salah :
“Rak buku itu harus segera dirapikan, dibereskan, dan dilakukan pembersihan.”
Kalimat yang benar :
“Rak buku itu harus segera dirapikan, dibereskan, dan dibersihkan.”
- Kehematan :
Penggunaan jumlah kata dalam membuat suatu kalimat harus diperhatikan. Karena kalimat efektif adalah kalimat yang padat dan jelas, sehingga tidak perlu digunakan kata-kata yang tidak penting didalamnya. Karena hanya akan memperluas penyampaian kalimat yang ingin disampaikan, dapa disebutkan sebagai kata yang tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam kalimat yang disampaikan maknanya. Misalnya pemakaian persamaan kata dalam satu kalimat itu harus dihindari, dan pengulangan penyebutan subjek.
Contoh kalimat yang salah :
“Kepasa seluruh hadirin sekalian silahkan menikmati hidangan yang disediakan.”
Kalimat yang benar :
“Kepasa hadirin sekalian silahkan menikmati hidangan yang disediakan.”
- Penekanan :
Kalimat yang akan disampaikan diperlukan penekanan intonasi agar para pendengar atau pembaca tidak salah mengartikan suatu kata yang digunakan.
- Kevariasian :
Kevariasian yang digunakan dalam kalimat memiliki kemungkinan untuk memulai suatu kalimat demi efektifitas yaitu pembukaan kalimat dengan menggunakan frase-frase bahasa.
tugas 5
Kalimat efektif memiliki cirri-ciri yang dapat membedakannya dengan kalimat lain, misalnya saja:
- Kesepadanan struktur kalimat
- Keparalelan bentuk dari kalimat
- Ketegasan makna / arti
- Kehematan kata dalam suatu kalimat
- Kecermatan penalaran
- Perpaduan kata
- Penyimpulan suatu gagasan
- Kelogisan bahasa yang digunakan
Syarat – syarat kalimat efektif :
- Koherensi :
Suatu kalimat efektif harus memiliki unsur koherensi yaitu perpaduan antar kata yang digunakan untuk membentuk suatu kalimat yang efektif.
Suatu kalimat dikatakan memenuhi unsur koherensi bila terdapat, subjek, predikat, objek dan keterangan didalam kalimat tersebut.
Contoh kalimat efektif yang salah :
“Atas perhatian semua saudara-saudari, saya ucapkan terima kasih.”
Kalimat diatas salah maka seharusnya :
“Atas perhatian saudara-saudari, saya ucapkan terima kasih.”
- Keparalelan :
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat efektif dapat diartikan sebagai keparalelan kalimat. Yang berarti kalimat pertama dengan kalimat kedua memiliki penggunaan frase yang sama. Misalnya, apabila kalimat pertama menggunakan imbuhan di- maka kalimat kedua juga harus menggunakan imbuhan di-.
Contoh kalimat yang salah :
“Rak buku itu harus segera dirapikan, dibereskan, dan dilakukan pembersihan.”
Kalimat yang benar :
“Rak buku itu harus segera dirapikan, dibereskan, dan dibersihkan.”
- Kehematan :
Penggunaan jumlah kata dalam membuat suatu kalimat harus diperhatikan. Karena kalimat efektif adalah kalimat yang padat dan jelas, sehingga tidak perlu digunakan kata-kata yang tidak penting didalamnya. Karena hanya akan memperluas penyampaian kalimat yang ingin disampaikan, dapa disebutkan sebagai kata yang tidak memiliki pengaruh apa-apa dalam kalimat yang disampaikan maknanya. Misalnya pemakaian persamaan kata dalam satu kalimat itu harus dihindari, dan pengulangan penyebutan subjek.
Contoh kalimat yang salah :
“Kepasa seluruh hadirin sekalian silahkan menikmati hidangan yang disediakan.”
Kalimat yang benar :
“Kepasa hadirin sekalian silahkan menikmati hidangan yang disediakan.”
- Penekanan :
Kalimat yang akan disampaikan diperlukan penekanan intonasi agar para pendengar atau pembaca tidak salah mengartikan suatu kata yang digunakan.
- Kevariasian :
Kevariasian yang digunakan dalam kalimat memiliki kemungkinan untuk memulai suatu kalimat demi efektifitas yaitu pembukaan kalimat dengan menggunakan frase-frase bahasa.
tugas 5
kalimat
Kalimat merupakan kumpulan kata yang saling berhubungan, dimana kalimat tersebut akan memberikan suatu maakna / arti. Kalimat harus memiliki intonasi dalam penyampaiannya, agar pendengar tidak salah mengartikannya. Karena dalam satu kata dapat memiliki penulisan yang sama tetapi intonasi pembacaannya berbeda. Dalam pembuatan suatu kalimat yang baik dan benar sesuai dengan kamus bahasa Indonesia, maka dalam kalimat harus memiliki unsur-unsur untuk menyempurnakan kalimat tersebut. Unsur-unsur utama dalam suatu kalimat pada dasarnya terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Dapat dijelaskan satu persatu, dibawah ini.
Pola kalimat :
UNSUR – UNSUR POKOK KALIMAT :
• Subjek (S) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat. Yang pada awalnya diletakkan diawal kalimat (disamping sebelum predikat). Namun subjek ini dapat diletakkan dimana saja untuk memperjelas suatu kalimat. Subjek dapat dicirikan misalnya untuk menjawab pertanyaan (apa dan siapa), subjek juga dapat berupa kata benda yang tidak didahului oleh preposisi.
• Predikat (P) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping sesudah subjek. Predikat berfungsi untuk menjawab pertanyaan( mengapa dan bagaimana). Predikat juga dapat berfungsi untuk menyatakan pernyataan atau perintah dan pertanyaan. Predikat dapat disertai dengan kata (adalah dan merupakan), predikat juga dapat disertai dengan kata keterangan aspek dan modalitas, predikat dapat didahului dengan kata (yang) . predikat dapat diartikan menjadi kata benda(frase nominal), kata kerja (frase verbal), kata sifat (frase adjectival), kata bilangan (frase numeric), kata depan (frase prepossisional).
• Objek (O) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping setelah predikat. Yang berfungsi untuk melengkapi pengertian dari sebuah predikat yang menerangkan kata kerja transitif.
• Pelengkap (Pel) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping setelah objek. Yang memiliki kesamaan fungsi dengan objek tetapi ditambahkan untuk melengkapi suatu kalimat agar lebih mudah dimengerti.
• Keterangan (Ket) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping setelah pelengkap. Yang berfungsi untuk menjelaskan suatu informasi yang nyata dari kalimat. Misalnnya saja untuk menjelaskan suatu tempat, waktu, kejadian, dan keterangan lainnya.
Contoh kalimat :
1. Indah memiliki rambut yang berkilau.
S P O Pel Ket
2. Kami tidur pukul 9.00 malam.
S P Ket.Waktu
3. Buku itu tebal sekali.
S Ket.Sifat
tugas 4
Pola kalimat :
UNSUR – UNSUR POKOK KALIMAT :
• Subjek (S) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat. Yang pada awalnya diletakkan diawal kalimat (disamping sebelum predikat). Namun subjek ini dapat diletakkan dimana saja untuk memperjelas suatu kalimat. Subjek dapat dicirikan misalnya untuk menjawab pertanyaan (apa dan siapa), subjek juga dapat berupa kata benda yang tidak didahului oleh preposisi.
• Predikat (P) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping sesudah subjek. Predikat berfungsi untuk menjawab pertanyaan( mengapa dan bagaimana). Predikat juga dapat berfungsi untuk menyatakan pernyataan atau perintah dan pertanyaan. Predikat dapat disertai dengan kata (adalah dan merupakan), predikat juga dapat disertai dengan kata keterangan aspek dan modalitas, predikat dapat didahului dengan kata (yang) . predikat dapat diartikan menjadi kata benda(frase nominal), kata kerja (frase verbal), kata sifat (frase adjectival), kata bilangan (frase numeric), kata depan (frase prepossisional).
• Objek (O) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping setelah predikat. Yang berfungsi untuk melengkapi pengertian dari sebuah predikat yang menerangkan kata kerja transitif.
• Pelengkap (Pel) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping setelah objek. Yang memiliki kesamaan fungsi dengan objek tetapi ditambahkan untuk melengkapi suatu kalimat agar lebih mudah dimengerti.
• Keterangan (Ket) merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat yang diletakkan disamping setelah pelengkap. Yang berfungsi untuk menjelaskan suatu informasi yang nyata dari kalimat. Misalnnya saja untuk menjelaskan suatu tempat, waktu, kejadian, dan keterangan lainnya.
Contoh kalimat :
1. Indah memiliki rambut yang berkilau.
S P O Pel Ket
2. Kami tidur pukul 9.00 malam.
S P Ket.Waktu
3. Buku itu tebal sekali.
S Ket.Sifat
tugas 4
alinea
Pengertian alinea :
Alinea sering juga disebut sebagai paragraph. Paragraph/alinea merupakan sekumpulan kalimat yang memiliki satu gagasan atau ide pokok. Dimana antara kalimat yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk menghasilkan suatu gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Biasanya dalam sebuah paragraph terdapat lima kalimat atau lebih. Tetapi sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan mempersulit orang yang mendengar atau membacanyanya. Karena terlalu panjang sehingga melekahkan untuk dibaca atau didengar.
Suatu paragraph memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas. Misalnya dalam sebuah paragraph terdapat 5 buah kalimat. Dimana satu kalimatnya merupakan kalimat utama, sedangkan 4 kalimat lainnya adalah kalimat penjelas. Kalimat penjelas digunakan untuk menjelaskan kalimat utama. Dan kalimat utama merupakan inti dari satu paragraph tersebut.
Paragraph yang baik tentu memiliki 2 komponen utama yaitu :
1. kesatuan paragraf :
kesatuan paragraf, yang berarti kalimat – kalimat yang membentuk suatu paragraph harus saling berkaitan untuk menghasilkan suatu ide pokok dalam paragraph tersebut. Kalimat yang terdapat dalam satu paragraph harus benar-benar dicermati agar tidak ada kalimat yang menyimpang dari inti paragraph.
2. keterpaduan paragraf :
keterpaduan paragraf, yang berarti penyusunan kalimat dalam suatu paragraf saling berpadu agar tidak menyimpang dari hal ayng akan disampaikan. Agar paragraf menjadi padu maka digunakan pengait yaitu; ungkapan penghubung transisi antara lain hubungan tambahan, hubungan pertentangan, hubungan perbandingan, hubungan akibat, hubungan tujuan, hubungan singkatan, hubungan waktu dan tempat; kata ganti ada 2 macam yaitu, kata ganti orang dan kata ganti yang lain ; kata kunci.
Jenis – jenis paragraf :
- jenis paragraf berdasarkan sifat:
1. paragraf pembuka yaitu paragraf yang mempunyai gagasan pokok dalam pembukaan suatu cerita. Paragraf pembuka harus mamiliki isi yang menarik, agar pembaca berminat untuk membaca lebih lanjut.
2. Paragraf penghubung yaitu paragraf yang terdapat diantara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf penghubung ini merupakan inti dari sebuah cerita yang terdiri dari beberapa paragraf. Dimana terdapat masalah dan solusi. Pada paragraf penghubung ini terdapat beberapa jenis yaitu, deskritif yang menerangkan keterangan dari hal yang akan disampaikan biasanya berisi tentang latar tempat, waktu, dan sebagainya. Paragraf naratif berisi tentang penceritaan secara detail seperti biodata seseorang atau sebagainya. Eksposisi berarti berisi tentnag pengetahuan misalnya tentang proses pembuatan jenis makanan atau adonan kue.
3. Paragraf penutup yaitu paragraf yang berisi tentang kesimpulan dari masalah dan solusi yang disampaikan dalam paragraf penghubung. Dalam paragraf penghubung juga terdapat pendapat atau saran dari penulis kepada pembaca mengenai hal yang dibicarakan sebelumnya.
Paragraf penutup sebaiknya tidak terlalu panjang karena hanya sebagai penutup dari hasil yang telah diceritakan.
- jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama :
1. paragraf deduktif yaitu paragraf yang memiliki letak kalimat utama atau gagasan pokok pada awal paragraf. Dan memiliki kalimat penjelas setelah kalimat utama. Tetapi kalimat penjelas itu tetap berhubungan atau menjelaskan tentang kalimat utama.
2. paragraf induktif yaitu paragraf yang memiliki letak kalimat utama pada akhir paragraf. Sedangkan kalimat penjelasnya terdapat pada awal paragraf .
3. paragraf gabungan atau campuran yaitu paragraf yang memiliki 2 kalimat utama. Kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf. Sehingga kalimat penjelasnya terdapat pada tengah-tengah antara awal dan akhir paragraf tadi.
4. paragraf tanpa kalimat utama yaitu paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Jadi seluruh kalimat dalam paragraf tersebut merupakan kalimat penjelas saja. Retapi tetap saling berhubungan. Paragraf ini sering ditemukan pada paragraf eksposisi dan deskripsi.
Pola pengembangan paragraf :
- pertentangan
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata “dengan ini, dengan halnya, dan sebagainya”.
- Perbandingan
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata “seperti halnya, sedemikian juga, sama dengan, dan sebagainya”
- Analogi
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan objek yang menjelaskan objek lain yang memiliki kesamaan.
- menggunakan contoh-contoh
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan contoh – contoh untuk lebih memperjelas hal ayng ingin disampaikan.
- sebab-akibat
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata akibatnya, padahal, oleh karena itu dan karena.
- akibat-sebab
merupakan kebalikan dari sebab-akibat.
- Definisi
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata benda pada awal paragraf.
- Klasifikasi
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
- klimaks dan anti-klimaks
pengembangan paragraf dengan memiliki Gagasan utama yang mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya.
- Proses
pengembangan paragraf dengan Proses merupakan urutan dari suatu tindakan untuk menciptakan sesuatu atau urutan dari suatu peristiwa.
- batasan objek
pengembangan paragraf yang berisi Untuk menjelaskan pengetahuan yang dimiliki penulis. Penulis dapat menyertakan ilustrasi-ilustrasi yang nyata (kongkret).
- umum khusus
pengembangan paragraf dengan dengan pikiran pokok kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas
tugas 6
Alinea sering juga disebut sebagai paragraph. Paragraph/alinea merupakan sekumpulan kalimat yang memiliki satu gagasan atau ide pokok. Dimana antara kalimat yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk menghasilkan suatu gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Biasanya dalam sebuah paragraph terdapat lima kalimat atau lebih. Tetapi sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan mempersulit orang yang mendengar atau membacanyanya. Karena terlalu panjang sehingga melekahkan untuk dibaca atau didengar.
Suatu paragraph memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas. Misalnya dalam sebuah paragraph terdapat 5 buah kalimat. Dimana satu kalimatnya merupakan kalimat utama, sedangkan 4 kalimat lainnya adalah kalimat penjelas. Kalimat penjelas digunakan untuk menjelaskan kalimat utama. Dan kalimat utama merupakan inti dari satu paragraph tersebut.
Paragraph yang baik tentu memiliki 2 komponen utama yaitu :
1. kesatuan paragraf :
kesatuan paragraf, yang berarti kalimat – kalimat yang membentuk suatu paragraph harus saling berkaitan untuk menghasilkan suatu ide pokok dalam paragraph tersebut. Kalimat yang terdapat dalam satu paragraph harus benar-benar dicermati agar tidak ada kalimat yang menyimpang dari inti paragraph.
2. keterpaduan paragraf :
keterpaduan paragraf, yang berarti penyusunan kalimat dalam suatu paragraf saling berpadu agar tidak menyimpang dari hal ayng akan disampaikan. Agar paragraf menjadi padu maka digunakan pengait yaitu; ungkapan penghubung transisi antara lain hubungan tambahan, hubungan pertentangan, hubungan perbandingan, hubungan akibat, hubungan tujuan, hubungan singkatan, hubungan waktu dan tempat; kata ganti ada 2 macam yaitu, kata ganti orang dan kata ganti yang lain ; kata kunci.
Jenis – jenis paragraf :
- jenis paragraf berdasarkan sifat:
1. paragraf pembuka yaitu paragraf yang mempunyai gagasan pokok dalam pembukaan suatu cerita. Paragraf pembuka harus mamiliki isi yang menarik, agar pembaca berminat untuk membaca lebih lanjut.
2. Paragraf penghubung yaitu paragraf yang terdapat diantara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Paragraf penghubung ini merupakan inti dari sebuah cerita yang terdiri dari beberapa paragraf. Dimana terdapat masalah dan solusi. Pada paragraf penghubung ini terdapat beberapa jenis yaitu, deskritif yang menerangkan keterangan dari hal yang akan disampaikan biasanya berisi tentang latar tempat, waktu, dan sebagainya. Paragraf naratif berisi tentang penceritaan secara detail seperti biodata seseorang atau sebagainya. Eksposisi berarti berisi tentnag pengetahuan misalnya tentang proses pembuatan jenis makanan atau adonan kue.
3. Paragraf penutup yaitu paragraf yang berisi tentang kesimpulan dari masalah dan solusi yang disampaikan dalam paragraf penghubung. Dalam paragraf penghubung juga terdapat pendapat atau saran dari penulis kepada pembaca mengenai hal yang dibicarakan sebelumnya.
Paragraf penutup sebaiknya tidak terlalu panjang karena hanya sebagai penutup dari hasil yang telah diceritakan.
- jenis paragraf berdasarkan letak kalimat utama :
1. paragraf deduktif yaitu paragraf yang memiliki letak kalimat utama atau gagasan pokok pada awal paragraf. Dan memiliki kalimat penjelas setelah kalimat utama. Tetapi kalimat penjelas itu tetap berhubungan atau menjelaskan tentang kalimat utama.
2. paragraf induktif yaitu paragraf yang memiliki letak kalimat utama pada akhir paragraf. Sedangkan kalimat penjelasnya terdapat pada awal paragraf .
3. paragraf gabungan atau campuran yaitu paragraf yang memiliki 2 kalimat utama. Kalimat utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf. Sehingga kalimat penjelasnya terdapat pada tengah-tengah antara awal dan akhir paragraf tadi.
4. paragraf tanpa kalimat utama yaitu paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Jadi seluruh kalimat dalam paragraf tersebut merupakan kalimat penjelas saja. Retapi tetap saling berhubungan. Paragraf ini sering ditemukan pada paragraf eksposisi dan deskripsi.
Pola pengembangan paragraf :
- pertentangan
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata “dengan ini, dengan halnya, dan sebagainya”.
- Perbandingan
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata “seperti halnya, sedemikian juga, sama dengan, dan sebagainya”
- Analogi
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan objek yang menjelaskan objek lain yang memiliki kesamaan.
- menggunakan contoh-contoh
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan contoh – contoh untuk lebih memperjelas hal ayng ingin disampaikan.
- sebab-akibat
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata akibatnya, padahal, oleh karena itu dan karena.
- akibat-sebab
merupakan kebalikan dari sebab-akibat.
- Definisi
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan kata benda pada awal paragraf.
- Klasifikasi
pengembangan paragraf dengan cara pengembangan biasanya menggunakan dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, dan mengklasifikasikan.
- klimaks dan anti-klimaks
pengembangan paragraf dengan memiliki Gagasan utama yang mula-mula dirinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya.
- Proses
pengembangan paragraf dengan Proses merupakan urutan dari suatu tindakan untuk menciptakan sesuatu atau urutan dari suatu peristiwa.
- batasan objek
pengembangan paragraf yang berisi Untuk menjelaskan pengetahuan yang dimiliki penulis. Penulis dapat menyertakan ilustrasi-ilustrasi yang nyata (kongkret).
- umum khusus
pengembangan paragraf dengan dengan pikiran pokok kemudian diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas
tugas 6
Sabtu, 16 Oktober 2010
diksi
DIKSI
Diksi berati pemilihan kata yang disertai gaya / ekspresi penyampaian kata tersebut yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Secara umum diksi dapat dikenal sebagai pengucapan atau intonasi dari pemilihan kata. Diksi juga dapat diartikan sebagai pemilihan kata yang tepat untuk mempertegas maksud pembicaraan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara seorang pembicara dan pendengar tentang gagasan atau ide yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi. Akan terjadi kesalah pahaman tentang gagasan dan ide jika diksi yang dipakai tidak sesuai dengan konteks.
Diksi terdiri dari 2 jenis :
- Formal; yaitu pemilihan kata yang digunakan saat acara resmi, seperti saat rapat pemerintahan, pertemuan DPR/MPR, dalam lingkungan pendidikan dan sebagainya.
- Informal; yaitu pemilihan kata yang dapat digunakan saat bersantai ataupun saat bertutur kata dengan teman / kerabat dekat.
hal-hal yang mempengaruhi diksi :
- Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan gagasan utama
- Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi
- Sejumlah kosakata yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar dikuasai.
fungsi diksi:
- Untuk mencegah kesalah pahaman.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif
- Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
- Supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi berati pemilihan kata yang disertai gaya / ekspresi penyampaian kata tersebut yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Secara umum diksi dapat dikenal sebagai pengucapan atau intonasi dari pemilihan kata. Diksi juga dapat diartikan sebagai pemilihan kata yang tepat untuk mempertegas maksud pembicaraan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara seorang pembicara dan pendengar tentang gagasan atau ide yang disampaikan dalam suatu proses komunikasi. Akan terjadi kesalah pahaman tentang gagasan dan ide jika diksi yang dipakai tidak sesuai dengan konteks.
Diksi terdiri dari 2 jenis :
- Formal; yaitu pemilihan kata yang digunakan saat acara resmi, seperti saat rapat pemerintahan, pertemuan DPR/MPR, dalam lingkungan pendidikan dan sebagainya.
- Informal; yaitu pemilihan kata yang dapat digunakan saat bersantai ataupun saat bertutur kata dengan teman / kerabat dekat.
hal-hal yang mempengaruhi diksi :
- Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan gagasan utama
- Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi
- Sejumlah kosakata yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar dikuasai.
fungsi diksi:
- Untuk mencegah kesalah pahaman.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif
- Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
- Supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Ragam Bahasa Indonesia
RAGAM BAHASA
Ragam bahasa adalah varian bahasa yang digunakan dalam bertutur kata. Sedangkan varian adalah variasi yang digunakan saat berbahasa. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya. Bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
Jenis ragam bahasa :
1. Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
- Ragam lisan
Ciri-cirinya:
• Memerlukan kehadiran orang lain
• Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
• Terikat ruang dan waktu
• Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Ragam lisan digunakan dalam saat berkomunikasi dengan orang lain, saat melakukan pidato, saat berakting, dan sebagainya.
- Ragam tulis
Ciri-cirinya:
• Tidak memerlukan kehadiran orang lain
• Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap
• Tidak terikat ruang dan waktu
• Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan
Ragam tulis digunakan saat menulis naskah, catatan, surat, undangan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
- Ragam bahasa iklan
Ciri-cirinya bergaya bahasa hiperbola, persuasive dan berkalimat menarik.
- Ragam bahasa ilmiah
Ciri-cirinya:
• Bahasa Indonesia ragam baku.
• Penggunaan kalimat efektif.
• Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda.
• Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari kata. dan istilah yang bermakna kias.
• adanya keselarasa dan keruntutan antar proposisi dan antar alinea.
- Ragam bahasa sastra
Ragam bahasa ini banyak mengguanakan kalimat yang tidak efektif.
3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara.
- Ragam bahasa resmi
Ciri-cirinya:
• Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
• Menggunakan imbuhan sevara lengkap.
• Menggunakan kata ganti resmi.
• Menggunakan kata baku.
• Menggunakan EYD.
• Menghindari unsur kederahan.
- Ragam bahasa tidak resmi
Ciri-cirinya kebalikan dari ragam bahasa resmi.
Ragam bahasa adalah varian bahasa yang digunakan dalam bertutur kata. Sedangkan varian adalah variasi yang digunakan saat berbahasa. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya. Bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.
Jenis ragam bahasa :
1. Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan atas:
- Ragam lisan
Ciri-cirinya:
• Memerlukan kehadiran orang lain
• Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
• Terikat ruang dan waktu
• Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
Ragam lisan digunakan dalam saat berkomunikasi dengan orang lain, saat melakukan pidato, saat berakting, dan sebagainya.
- Ragam tulis
Ciri-cirinya:
• Tidak memerlukan kehadiran orang lain
• Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap
• Tidak terikat ruang dan waktu
• Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan
Ragam tulis digunakan saat menulis naskah, catatan, surat, undangan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan pokok pembicaraan, ragam bahasa dibedakan antara lain atas:
- Ragam bahasa iklan
Ciri-cirinya bergaya bahasa hiperbola, persuasive dan berkalimat menarik.
- Ragam bahasa ilmiah
Ciri-cirinya:
• Bahasa Indonesia ragam baku.
• Penggunaan kalimat efektif.
• Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda.
• Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari kata. dan istilah yang bermakna kias.
• adanya keselarasa dan keruntutan antar proposisi dan antar alinea.
- Ragam bahasa sastra
Ragam bahasa ini banyak mengguanakan kalimat yang tidak efektif.
3. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara.
- Ragam bahasa resmi
Ciri-cirinya:
• Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
• Menggunakan imbuhan sevara lengkap.
• Menggunakan kata ganti resmi.
• Menggunakan kata baku.
• Menggunakan EYD.
• Menghindari unsur kederahan.
- Ragam bahasa tidak resmi
Ciri-cirinya kebalikan dari ragam bahasa resmi.
FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Berdasarkan ikrar sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928
FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Berdasarkan ikrar sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928
Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan sebuah bahasa maka kita dapat saling berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga akan terjalin interaksi social yang baik.
Negara kita ini memiliki bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku bangsa beserta bahasa daerah masing – masing, dengan banykanya jenis bahasa daerah maka harus ada satu bahasa yang menjadi bahasa persatuan untuk keseluruhan suku – suku di Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, yang menjadi pemersatu bangsa ini. Pada masa penjajahan , dimana saat itu bangsa ini sedang terpecah belah dan harus dipersatukan kembali. Maka muncul keinginan para pemuda untuk menjembatani perpecahan yang terjadi dengan mengadakan suatu kongres pemuda yang akhirnya melahirkan sebuah ikrar. Yakni Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 oktober 1928. Dan isi dari ikrar ini adalah :
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Dengan ini, maka bahasa Indonesia memiliki 2 kedudukan yang sangat penting yaitu :
- kedudukan Bahasa Indonesia sebagasi bahasa nasional
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga merupakan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia. Dan dalam kedudukan ini bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai :
1. lambang jati diri (identitas) : yang berarti bahasa Indonesia merupakan symbol dari Negara Indonesia beserta penduduknya. Dimana bangsa lain akan mengetahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Indonesia.
2. Lambang kebanggaan bangsa : dengan memiliki bahasa Indonesia, kita harus bangga dan mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan republic Indonesia.
3. Alat pemersatu : alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang, etnis dan social budaya yang berbeda-beda.
4. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah : diantara suku yang beraneka raga mini diperlukan bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia yang dapat menjadi pemersatu bangsa dan budaya yang berbeda-beda ini.
- kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau Negara
dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Berdasarkan ikrar sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928
Bahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Dengan menggunakan sebuah bahasa maka kita dapat saling berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga akan terjalin interaksi social yang baik.
Negara kita ini memiliki bahasa persatuan yakni Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku bangsa beserta bahasa daerah masing – masing, dengan banykanya jenis bahasa daerah maka harus ada satu bahasa yang menjadi bahasa persatuan untuk keseluruhan suku – suku di Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, yang menjadi pemersatu bangsa ini. Pada masa penjajahan , dimana saat itu bangsa ini sedang terpecah belah dan harus dipersatukan kembali. Maka muncul keinginan para pemuda untuk menjembatani perpecahan yang terjadi dengan mengadakan suatu kongres pemuda yang akhirnya melahirkan sebuah ikrar. Yakni Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 oktober 1928. Dan isi dari ikrar ini adalah :
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Dengan ini, maka bahasa Indonesia memiliki 2 kedudukan yang sangat penting yaitu :
- kedudukan Bahasa Indonesia sebagasi bahasa nasional
kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga merupakan kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia. Dan dalam kedudukan ini bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai :
1. lambang jati diri (identitas) : yang berarti bahasa Indonesia merupakan symbol dari Negara Indonesia beserta penduduknya. Dimana bangsa lain akan mengetahui bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Indonesia.
2. Lambang kebanggaan bangsa : dengan memiliki bahasa Indonesia, kita harus bangga dan mempertahankan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan republic Indonesia.
3. Alat pemersatu : alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang, etnis dan social budaya yang berbeda-beda.
4. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah : diantara suku yang beraneka raga mini diperlukan bahasa pemersatu yakni bahasa Indonesia yang dapat menjadi pemersatu bangsa dan budaya yang berbeda-beda ini.
- kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau Negara
dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang lain.
FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Berdasarkan UUD 1945 bab XV pasal 36
FUNGSI DAN KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA
Berdasarkan UUD 1945 bab XV pasal 36
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa Negara
Pada posisi ini bahasa Indonesia mempunyai dasar Yuridis Konstitusional, yakni dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa Negara berfungsi sebagai :
1. Bahasa resmi Negara :
Dimana dalam kehidupan bangsa republic Indonesia harus digunakan bahasa resmi Negara yakni bahasa Indonesia. Bahasa ini digunakan secara resmi baik oleh pemerintahan Negara maupun oleh para penduduknya.
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan:
Dalam dunia pendidikan bangsa Indonesia harus digunakan bahasa Indonesia agar generasi selanjutnya dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam kehidupannya.
3. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan :
Pemerintahan Indonesia menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan kaedah yang berlaku dan yang ditetapkan.
4. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi:
Setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia akan menggunakan bahasa Indonesia, dimana bahasa Indonesia menjadi bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap penduduknya.
Dalam kehidupan sehari-hari di pemerintahan bangsa Indonesia digunakan bahasa baku Indonesia.
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengemhuan.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam :
1. komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi atau undang-undang;
2. Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu pengetahuan.
3. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato, dan
4. pembicaraan dengan orang yang dihomnati atau yang belum dikenal.
Berdasarkan UUD 1945 bab XV pasal 36
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa Negara
Pada posisi ini bahasa Indonesia mempunyai dasar Yuridis Konstitusional, yakni dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi atau bahasa Negara berfungsi sebagai :
1. Bahasa resmi Negara :
Dimana dalam kehidupan bangsa republic Indonesia harus digunakan bahasa resmi Negara yakni bahasa Indonesia. Bahasa ini digunakan secara resmi baik oleh pemerintahan Negara maupun oleh para penduduknya.
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan:
Dalam dunia pendidikan bangsa Indonesia harus digunakan bahasa Indonesia agar generasi selanjutnya dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam kehidupannya.
3. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan :
Pemerintahan Indonesia menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan kaedah yang berlaku dan yang ditetapkan.
4. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi:
Setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia akan menggunakan bahasa Indonesia, dimana bahasa Indonesia menjadi bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap penduduknya.
Dalam kehidupan sehari-hari di pemerintahan bangsa Indonesia digunakan bahasa baku Indonesia.
Bahasa Indonesia yang baku ialah bahasa Indonesia yang digunakan orang orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak bandingan penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengemhuan.
Bahasa Indonesia baku dipakai dalam :
1. komunikasi resmi, seperti dalam surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi atau undang-undang;
2. Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah, skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu pengetahuan.
3. pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah, ceramah, kuliah pidato, dan
4. pembicaraan dengan orang yang dihomnati atau yang belum dikenal.
ragam bahasa
Bahasa dalam perwujudannya merupakan struktur, mencakup strukur bentuk dan makna. Dengan menggunakan wujud bahasa itu, manusia saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan saling belajar untuk meningkatkan intelektual (Depdiknas, 2003). Dengan bahasa, segala ilmu pengetahuan yang diciptakan atau ditemukan manusia dapat disebarluaskan kepada orang lain, ke daerah lain untuk kepentingan kesejahteraan manusia secara umum. Kehidupan pun semakin hari semakin baik berkat penemuan-penemuan baru oleh para ilmuwan. Namun setinggi apapun sebuah penemuan, apabila tidak disebarluaskan kepada sesama manusia maka ilmu pengetahuan tersebut tidak akan bermanfaat bagi manusia lain. Selain itu, ilmu pengetahuan tersebut juga harus disampaikan dengan mengunakan bahasa yang dipahami orang lain. Oleh karena itu, apabila sebuah ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh seorang ilmuwan, kemudian ditulis dengan menggunakan bahasa yang hanya dikuasai oleh ilmuwan tersebut, maka orang lain akan mengalami kendala dalam pemahaman ilmu pengetahuan tersebut. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menerjemahkan buku tersebut ke dalam berbagai bahasa, khususnya ke dalam bahasa yang dipahami oleh orang yang memerlukan ilmu pengetahuan tersebut, sehingga pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dalam buku tersebut menjadi maksimal.
Selain penyampaian informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan, maka di dalam penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena bahasa merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki makna. Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak sesuai kaidah bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak jelas atau memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi penafsiran yang berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah ditafsirkan atau salah dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah kesalahan penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan seharihari. Penemuan intelektual yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia lain ternyata tidak bermanfaat karena kesalahan struktur bahasa.
Kesalahan berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan seharihari. Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap berjalan. Salah satu cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan seharihari adalah dengan memberi penekanan pada kegiatan berbahasa di dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan memuat sejumlah mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Semua mata pelajaran tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki penggunaan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan seharihari, pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi sesuai dengan kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di Indonesia kita menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi (Subarianto, 2000). Ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja tetapi di seluruh aspek kehidupan manusia.
Kridalaksana (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal ini karena bahasa Indonesia amat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana (1997). Karena kita dapat merencanakan perubahan bahasa secara secara berkesinambungan seiring perubahan waktu, maka keefektifan berbahasa tentu dapat terkontrol. Artinya kebenaran dan ketidakbenaran dalam berbahasa dapat dianalisis. Kita juga dapat senantiasa mengontrol diri dalam berbahasa sehingga bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku saat ini. Perkembangan atau penambahan perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah penyerapan bahasa. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan dalam kurun waktu singkat, perbendaharaan bahasa Indonesia meningkat lebih banyak seiring perkembangan zaman. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia tidak hanya bahasa asing, tetapi juga bahasa daerah. Katakata tersebut penggunaannya juga dibedakan dengan penggunaan kata asing dalam bahasa Indonesia. Misalnya, semua kata asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia harus dicetak miring atau digaris bawah sedangkan kata asing yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia penulisannya tidak dicetak miring atau digarisbawahi.
Ragam bahasa menurut jenis pemakainya dapat dibedakan menjadi tiga: (1) ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan; (2) ragam menurut sasaran; dan (3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran. Setiap penutur bahasa bergerak dan bergaul dengan berbagai lingkungan masyarakat dengan tata cara pergaulan yang berbeda. Oleh karena itu penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/
Selain penyampaian informasi atau ilmu pengetahuan dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh pemakai informasi atau pemakai ilmu pengetahuan, maka di dalam penyampaiannya harus memperhatikan struktur bahasa. Karena bahasa merupakan rangkaian kalimat dan kalimat merupakan rangkaian katakata yang disusun berdasarkan struktur bahasa yang berlaku sehingga memiliki makna. Apabila struktur bahasa yang digunakan tidak baik atau tidak sesuai kaidah bahasa yang berlaku, maka makna kalimat juga menjadi tidak jelas atau memunculkan makna ambigu. Dengan demikian akan terjadi penafsiran yang berbeda. Apabila sebuah ilmu pengetahuan telah salah ditafsirkan atau salah dalam pemahaman oleh pembaca, yang terjadi adalah kesalahan penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam kehidupan seharihari. Penemuan intelektual yang sebenarnya bermanfaat bagi manusia lain ternyata tidak bermanfaat karena kesalahan struktur bahasa.
Kesalahan berbahasa tidak hanya ditemukan dalam penyampaian informasi baru seperti di atas, tetapi sering ditemukan dalam kehidupan seharihari. Kesalahan pemilihan kata, penyusunan sruktur kalimat dalam berbahasa disebabkan banyak faktor. Kalau mencari kesalahan tanpa pemperhatikan pembetulannya, maka kita akan sering menyalahkan orang tetapi tidak pernah mengetahui hal yang benar, yang akhirnya kesalahan tetap berjalan. Salah satu cara memperbaiki kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi dalam kehidupan seharihari adalah dengan memberi penekanan pada kegiatan berbahasa di dunia pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan memuat sejumlah mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Semua mata pelajaran tersebut disampaikan dengan menggunakan bahasa. Di Indonesia, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mayoritas adalah bahasa Indonesia, di samping bahasa lain karena situasi menghendaki penggunaan bahasa pengantar selain bahasa Indonesia. Di dalam kehidupan seharihari, pemakai bahasa juga menggunakan bahasa yang bervariasi sesuai dengan kemampuan penutur dan lingkungan penutur berada. Di Indonesia kita menemukan banyak bahasa daerah selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi (Subarianto, 2000). Ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja tetapi di seluruh aspek kehidupan manusia.
Kridalaksana (1985) mengungkapkan bahwa bahasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasivariasi bahasa yang dipakai menurut keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu. Variasi itu disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal ini karena bahasa Indonesia amat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya, mau tidak mau, takluk pada hukum perubahan. Arah perubahan itu tidak selalu tak terelakkan karena kita pun dapat mengubah bahasa secara berencana (1997). Karena kita dapat merencanakan perubahan bahasa secara secara berkesinambungan seiring perubahan waktu, maka keefektifan berbahasa tentu dapat terkontrol. Artinya kebenaran dan ketidakbenaran dalam berbahasa dapat dianalisis. Kita juga dapat senantiasa mengontrol diri dalam berbahasa sehingga bahasa yang kita gunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku saat ini. Perkembangan atau penambahan perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia harus sesuai dengan kaidah penyerapan bahasa. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan dalam kurun waktu singkat, perbendaharaan bahasa Indonesia meningkat lebih banyak seiring perkembangan zaman. Kata yang masuk ke dalam bahasa Indonesia tidak hanya bahasa asing, tetapi juga bahasa daerah. Katakata tersebut penggunaannya juga dibedakan dengan penggunaan kata asing dalam bahasa Indonesia. Misalnya, semua kata asing yang digunakan dalam bahasa Indonesia harus dicetak miring atau digaris bawah sedangkan kata asing yang sudah menjadi milik bahasa Indonesia penulisannya tidak dicetak miring atau digarisbawahi.
Ragam bahasa menurut jenis pemakainya dapat dibedakan menjadi tiga: (1) ragam dari sudut pandang bidang atau pokok persoalan; (2) ragam menurut sasaran; dan (3) ragam yang mengalami gangguan pencampuran. Setiap penutur bahasa bergerak dan bergaul dengan berbagai lingkungan masyarakat dengan tata cara pergaulan yang berbeda. Oleh karena itu penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/
berbahasa di sekolah
BAHASA DI SEKOLAH
Bahasa di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran dengan nama mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (pada KBK). Hal ini karena di dalam pelajaran ini tidak hanya unsur kebahasaan tetapi juga terdapat unsur sastra, sehingga pada kurikulum KBK terdapat nilai bahasa dan nilai sastra. Kegiatan berbahasa dan bersastra terdiri dari empat aspek, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar karena dunia pendidikan adalah lembaga resmi atau formal yang harus menggunakan bahasa resmi. Bahasa pengantar pendidikan untuk daerah-daerah tertentu menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar untuk kelas rendah di Sekolah Dasar (SD). Tetapi untuk sekolah berkategori standar nasional atau standar internasional mereka menggunakan dua bahasa dalam proses pembelajaran (bilingual) untuk mata pelajaran tertentu. Penggunaan bahasa di lingkungan pendidikan pada prinsipnya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah termasuk keadaan siswa dan guru sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran. Pemakaian bahasa di sekolah seharusnya sesuai dengan ketentuan penggunaan bahasa di lingkungan formal karena sekolah adalah lembaga formal. Penyimpangan penggunaan bahasa merupakan suatu kebijaksanaan berdasarkan situasi yang ada.
Sebagai sebuah mata pelajaran, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia, harus diberikan dengan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya di tingkat SMP/MTs merupakan kelanjutan kurikulum di tingkat sekolah dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs secara umum memuat praktik kebahasaan. Dalam proses pembelajaran keberhasilan praktik berbahasa sangat ditentukan oleh unsur kebahasaan. Penguasaan kebahasaan siswa walaupun telah diperoleh ketika di sekolah dasar, namun dalam kegiatan praktik kebahasaan di SMP/MTs masih dijumpai kesalahan. Oleh karena itu unsur kebahasaan harus tetap diajarkan di tingkat SMP walaupun di dalam kurikulum tidak termuat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Bagaimana caranya supaya unsur kebahasaan dapat diajarkan tanpa mengurangi kompetensi dasar atau menambah jam pelajaran sesuai waktu efektif yang telah ditentukan kurikulum? Salah satu caranya adalah dengan menyelipkan setiap unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar yang mempunyai keterkaitan antara keduanya. Pendistribusian unsur kebahasaan ini harus dipertimbangkan secara matang dan secara keseluruhan sehingga tidak tumpang tindih dan menyita waktu yang akhirnya akan terjadi pembengkakan waktu sebuah kompetensi dasar. Apabila hal ini terjadi, maka ketuntasan pencapaian kurikulum dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran juga akan terhambat.
Kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum merupakan batas minimal yang harus diberikan kepada siswa. Artinya, dalam kurun waktu tertentu, seorang siswa harus menguasai sejumlah kompetensi dasar minimal yang telah ditetapkan kurikulum. Hal ini berarti, seorang guru berhak menambahkan materi pelajaran yang dapat menunjang ketercapaian sebuah kompetensi dasar. Penambahan materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara menambahkan satu atau dua indikator yang berisi unsur kebahasaan yang menunjang kompetensi dasar tersebut.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di beberapa buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang menambahkan sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran sekaligus sebagai sarana mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa. Misalnya empat metode penyampaian pidato diselipkan dalam kompetensi dasar berpidato/berceramah/berkhotbah. Artinya sebelum/setelah siswa melakukan praktik berpidato, maka siswa juga harus mengetahui metode penyampaian pidato. Sedangkan penilaian kegiatan ini difokuskan pada keterampilan siswa dalam berpidato seperti kepercayaan diri/keberanian, penguasaan materi, penampilan dan ekspresi, dan vokal. Pengetahuan tentang metode berpidato sebagai materi tambahan supaya siswa mampu melaksanakan praktik berbahasa (berpidato) dengan baik.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/
Bahasa di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran dengan nama mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia (pada KBK). Hal ini karena di dalam pelajaran ini tidak hanya unsur kebahasaan tetapi juga terdapat unsur sastra, sehingga pada kurikulum KBK terdapat nilai bahasa dan nilai sastra. Kegiatan berbahasa dan bersastra terdiri dari empat aspek, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar karena dunia pendidikan adalah lembaga resmi atau formal yang harus menggunakan bahasa resmi. Bahasa pengantar pendidikan untuk daerah-daerah tertentu menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar untuk kelas rendah di Sekolah Dasar (SD). Tetapi untuk sekolah berkategori standar nasional atau standar internasional mereka menggunakan dua bahasa dalam proses pembelajaran (bilingual) untuk mata pelajaran tertentu. Penggunaan bahasa di lingkungan pendidikan pada prinsipnya harus disesuaikan dengan keadaan sekolah termasuk keadaan siswa dan guru sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran. Pemakaian bahasa di sekolah seharusnya sesuai dengan ketentuan penggunaan bahasa di lingkungan formal karena sekolah adalah lembaga formal. Penyimpangan penggunaan bahasa merupakan suatu kebijaksanaan berdasarkan situasi yang ada.
Sebagai sebuah mata pelajaran, yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia, harus diberikan dengan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya di tingkat SMP/MTs merupakan kelanjutan kurikulum di tingkat sekolah dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP/MTs secara umum memuat praktik kebahasaan. Dalam proses pembelajaran keberhasilan praktik berbahasa sangat ditentukan oleh unsur kebahasaan. Penguasaan kebahasaan siswa walaupun telah diperoleh ketika di sekolah dasar, namun dalam kegiatan praktik kebahasaan di SMP/MTs masih dijumpai kesalahan. Oleh karena itu unsur kebahasaan harus tetap diajarkan di tingkat SMP walaupun di dalam kurikulum tidak termuat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Bagaimana caranya supaya unsur kebahasaan dapat diajarkan tanpa mengurangi kompetensi dasar atau menambah jam pelajaran sesuai waktu efektif yang telah ditentukan kurikulum? Salah satu caranya adalah dengan menyelipkan setiap unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar yang mempunyai keterkaitan antara keduanya. Pendistribusian unsur kebahasaan ini harus dipertimbangkan secara matang dan secara keseluruhan sehingga tidak tumpang tindih dan menyita waktu yang akhirnya akan terjadi pembengkakan waktu sebuah kompetensi dasar. Apabila hal ini terjadi, maka ketuntasan pencapaian kurikulum dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran juga akan terhambat.
Kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum merupakan batas minimal yang harus diberikan kepada siswa. Artinya, dalam kurun waktu tertentu, seorang siswa harus menguasai sejumlah kompetensi dasar minimal yang telah ditetapkan kurikulum. Hal ini berarti, seorang guru berhak menambahkan materi pelajaran yang dapat menunjang ketercapaian sebuah kompetensi dasar. Penambahan materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara menambahkan satu atau dua indikator yang berisi unsur kebahasaan yang menunjang kompetensi dasar tersebut.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di beberapa buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang menambahkan sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran sekaligus sebagai sarana mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa. Misalnya empat metode penyampaian pidato diselipkan dalam kompetensi dasar berpidato/berceramah/berkhotbah. Artinya sebelum/setelah siswa melakukan praktik berpidato, maka siswa juga harus mengetahui metode penyampaian pidato. Sedangkan penilaian kegiatan ini difokuskan pada keterampilan siswa dalam berpidato seperti kepercayaan diri/keberanian, penguasaan materi, penampilan dan ekspresi, dan vokal. Pengetahuan tentang metode berpidato sebagai materi tambahan supaya siswa mampu melaksanakan praktik berbahasa (berpidato) dengan baik.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/
UNSUR KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA
UNSUR KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA
Ada banyak unsur kebahasaan dalam bahasa Indonesia yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di SMP/MTs. Apabila guru mampu menyelipkan atau menambahkan unsur kebahasaan tersebut ke dalam kompetensi dasar yang sesuai, maka keterampilan berbahasa siswa akan semakin tinggi.
Dalam menambahkan unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan kemampuan siswa karena pada prinsipnya penambahan ini bertujuan untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan untuk mempermudah siswa dalam penguasaan kompetensi dasar. Oleh karena itu urutan di atas hanyalah sebagai alternatif sehingga apabila sesuai dapat digunakan tetapi jika tidak sesuai tentu ada perbedaan situasi antara satu daerah dengan daerah lain dilihat dari berbagai segi.
Dari pengelompokkan tersebut, penulis akan memberikan satu contoh gambaran mengapa unsur kebahasaan harus dimasukkan ke dalam sebuah kompetensi dasar yang dianggap relevan. Pada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, guru dapat menggunakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sebagai unsur penunjang kebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, salah satunya adalah penggunaan kalimat langsung dialog para tokoh di dalam naskah drama. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan baik apabila siswa telah memahami perbedaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, siswa telah memahami cara penempatan tanda baca yang tepat. Tetapi apabila siswa telah mampu dengan baik membedakan kalimat langsung dan tidak langsung, maka unsur penunjang yang dapat dimasukkan ke dalam kompetensi dasar ini adalah penggunaan kata baku dan kata tidak baku dalam naskah drama, karena bahasa pengantar dalam naskah drama harus menggunakan bahasa baku, sedangkan di dalam dialog, seorang tokoh dapat menggunakan katakata yang tidak baku. Jadi unsur kebahasaan yang bisa dimasukkan tentunya disesuaikan dengan kemampuan dasar atau intake siswa.
Kesalahan unsur kebahasaan yang sering dilakukan siswa adalah kesalahan penggunaan unsur kebahasaan dalam kegiatan praktik berbahasa. Oleh karena itu, guru dapat memberikan materi secara berulang-ulang dan dimasukkan ke dalam beberapa kompetensi dasar. Misalnya penggunaan tanda baca dan penulisan kata yang dirangkai atau dipisah sehubungan dengan perbedaan penggunaan awalan dan kata depan. Kesalahan penulisan ini sering dilakukan siswa. Tidak hanya siswa SMP/MTs saja, bahkan siswa SMA atau mahasiswa pun sering melakukan kesalahan serupa. Oleh karena itu setiap kegiatan berbahasa khususnya menulis selalu ditekankan kegiatan menyunting tulisan sendiri atau tulisan teman. Hal ini dimaksudkan supaya siswa mampu menulis atau berbahasa dengan baik sesuai kaidah yang berlaku. Tetapi apabila ketentuan yang berhubungan dengan tanda baca dan cara penulisan tidak dikuasai siswa atau sering dilupakan, maka yang terjadi adalah kesalahan yang berulang-ulang yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diperbaiki.
Sebuah kompetensi dasar tentu selalu berkaitan dengan kompetensi dasar yang lain. Menurut pemikiran banyak orang, apabila seorang siswa sudah menguasai sebuah kompetensi dasar, maka siswa tersebut siap untuk melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya secara berkesinambungan. Tetapi yang sering terjadi adalah siswa sering lupa dengan kompetensi yang telah dikuasainya sehingga apabila digabungkan dengan kompetensi yang lain mereka mengalami kesulitan. Satu hal yang saat ini masih melekat di hati sebagian besar siswa adalah apabila siswa telah menyelesaikan sebuah kegiatan proses pembelajaran atau satu kompetensi dasar, maka mereka merasa terbebas dari beban yang menekannya sehingga mereka mudah melupakannya. Keadaan seperti inilah yang membuat bahasa haruslah digunakan secara berkelanjutan dan dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan. Dan sebagai guru tentunya akan selalu mengingatkan siswa untuk selalu mengingat kompetensi yang telah dikuasai dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Apabila hal ini berjalan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia, maka semua siswa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya akan dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi ia berada.
Perhatian lebih kepada praktik berbahasa yang selalu memperhatikan aspek kebahasaan di sekolah merupakan salah satu upaya pembenahan kesalahan-kesalahan berbahasa di masyarakat. Kegiatan ini bukan berarti menyepelekan bahasa daerah atau bahasa asing bahkan bahasa pergaulan. Berbagai bahasa hendaknya dipupuk dan dipelihara serta digunakan dalam kehidupan seharihari. Namun yang perlu ditekankan adalah kapan kita menggunakan sebuah bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran kesadaran pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi inilah yang sampai saat ini sulit direalisasikan dalam kehidupan seharihari. Secara umum siswa dan mahasiswa bahkan masyarakat mengetahui dan memahami secara baik perbedaan bahasa baku dan bahasa tidak baku. Namun kebiasaan dan kesadaran berbahasa yang baik belum meluas. Secara umum masyarakat dianggap mampu berbahasa dengan baik apabila kedua belah pihak saling mengerti isi informasi tanpa memperhatikan efek dari praktik berbahasa tersebut.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/
Ada banyak unsur kebahasaan dalam bahasa Indonesia yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran di SMP/MTs. Apabila guru mampu menyelipkan atau menambahkan unsur kebahasaan tersebut ke dalam kompetensi dasar yang sesuai, maka keterampilan berbahasa siswa akan semakin tinggi.
Dalam menambahkan unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan kemampuan siswa karena pada prinsipnya penambahan ini bertujuan untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan untuk mempermudah siswa dalam penguasaan kompetensi dasar. Oleh karena itu urutan di atas hanyalah sebagai alternatif sehingga apabila sesuai dapat digunakan tetapi jika tidak sesuai tentu ada perbedaan situasi antara satu daerah dengan daerah lain dilihat dari berbagai segi.
Dari pengelompokkan tersebut, penulis akan memberikan satu contoh gambaran mengapa unsur kebahasaan harus dimasukkan ke dalam sebuah kompetensi dasar yang dianggap relevan. Pada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, guru dapat menggunakan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sebagai unsur penunjang kebahasaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu menulis naskah drama dengan memperhatikan kaidah penulisan naskah drama, salah satunya adalah penggunaan kalimat langsung dialog para tokoh di dalam naskah drama. Hal ini dapat dilakukan siswa dengan baik apabila siswa telah memahami perbedaan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung, siswa telah memahami cara penempatan tanda baca yang tepat. Tetapi apabila siswa telah mampu dengan baik membedakan kalimat langsung dan tidak langsung, maka unsur penunjang yang dapat dimasukkan ke dalam kompetensi dasar ini adalah penggunaan kata baku dan kata tidak baku dalam naskah drama, karena bahasa pengantar dalam naskah drama harus menggunakan bahasa baku, sedangkan di dalam dialog, seorang tokoh dapat menggunakan katakata yang tidak baku. Jadi unsur kebahasaan yang bisa dimasukkan tentunya disesuaikan dengan kemampuan dasar atau intake siswa.
Kesalahan unsur kebahasaan yang sering dilakukan siswa adalah kesalahan penggunaan unsur kebahasaan dalam kegiatan praktik berbahasa. Oleh karena itu, guru dapat memberikan materi secara berulang-ulang dan dimasukkan ke dalam beberapa kompetensi dasar. Misalnya penggunaan tanda baca dan penulisan kata yang dirangkai atau dipisah sehubungan dengan perbedaan penggunaan awalan dan kata depan. Kesalahan penulisan ini sering dilakukan siswa. Tidak hanya siswa SMP/MTs saja, bahkan siswa SMA atau mahasiswa pun sering melakukan kesalahan serupa. Oleh karena itu setiap kegiatan berbahasa khususnya menulis selalu ditekankan kegiatan menyunting tulisan sendiri atau tulisan teman. Hal ini dimaksudkan supaya siswa mampu menulis atau berbahasa dengan baik sesuai kaidah yang berlaku. Tetapi apabila ketentuan yang berhubungan dengan tanda baca dan cara penulisan tidak dikuasai siswa atau sering dilupakan, maka yang terjadi adalah kesalahan yang berulang-ulang yang akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit diperbaiki.
Sebuah kompetensi dasar tentu selalu berkaitan dengan kompetensi dasar yang lain. Menurut pemikiran banyak orang, apabila seorang siswa sudah menguasai sebuah kompetensi dasar, maka siswa tersebut siap untuk melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya secara berkesinambungan. Tetapi yang sering terjadi adalah siswa sering lupa dengan kompetensi yang telah dikuasainya sehingga apabila digabungkan dengan kompetensi yang lain mereka mengalami kesulitan. Satu hal yang saat ini masih melekat di hati sebagian besar siswa adalah apabila siswa telah menyelesaikan sebuah kegiatan proses pembelajaran atau satu kompetensi dasar, maka mereka merasa terbebas dari beban yang menekannya sehingga mereka mudah melupakannya. Keadaan seperti inilah yang membuat bahasa haruslah digunakan secara berkelanjutan dan dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan. Dan sebagai guru tentunya akan selalu mengingatkan siswa untuk selalu mengingat kompetensi yang telah dikuasai dan menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Apabila hal ini berjalan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia, maka semua siswa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya akan dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi ia berada.
Perhatian lebih kepada praktik berbahasa yang selalu memperhatikan aspek kebahasaan di sekolah merupakan salah satu upaya pembenahan kesalahan-kesalahan berbahasa di masyarakat. Kegiatan ini bukan berarti menyepelekan bahasa daerah atau bahasa asing bahkan bahasa pergaulan. Berbagai bahasa hendaknya dipupuk dan dipelihara serta digunakan dalam kehidupan seharihari. Namun yang perlu ditekankan adalah kapan kita menggunakan sebuah bahasa sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran kesadaran pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi inilah yang sampai saat ini sulit direalisasikan dalam kehidupan seharihari. Secara umum siswa dan mahasiswa bahkan masyarakat mengetahui dan memahami secara baik perbedaan bahasa baku dan bahasa tidak baku. Namun kebiasaan dan kesadaran berbahasa yang baik belum meluas. Secara umum masyarakat dianggap mampu berbahasa dengan baik apabila kedua belah pihak saling mengerti isi informasi tanpa memperhatikan efek dari praktik berbahasa tersebut.
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/ragam-bahasa-indonesia/
Pengertian Variasi Bahasa
Pengertian Variasi Bahasa
Aslindgf (2007:17) menyatakan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
Aslindgf (2007:17) menyatakan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. Variasi bahasa di sebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturannya yang tidak bersifat homogen.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah.
berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya.
2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkandipandang rendah.
3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yangkurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.
4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia.
5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak).
6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok social tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak.
7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mataartinya polisi.
8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
berkaitan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang, kulokial, jargon, argoi, dan ken. Adapun penjelasan tentang variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi darivariasi sosial lainya.
2. Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkandipandang rendah.
3. Vulgal adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yangkurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan.
4. Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia.
5. Kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak).
6. Jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok social tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak.
7. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mataartinya polisi.
8. Ken adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700) membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
f. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
a. Gaya atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan, khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek dan tidak jelas.
f. Variasi bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan dari variasi bahasa yang digunakan.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
sebab adanya variasi bahasa
Sebab-sebab Adanya variasi Bahasa
Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1. Interferensi
Chaer (1994: 66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
2. Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
Beberapa penyebab adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1. Interferensi
Chaer (1994: 66) memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu.
Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.
Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi.
Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat datang”.
2. Integrasi
Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.
3. Alih Kode dan Campur Kode
Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4. Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.
http://larasati-cadiva.blogspot.com/2010/04/variasi-bahasa.html
fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia
Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia ,merupakan sebuah media yang penting dalam menjalin komunikasi.
Dengan bahasa,baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial.
Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena
bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku.
bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia
Fungsi dari bahasa Indonesia
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di ikrarkan pada 28 oktober 1928 yaitu hari “Sumpah Pemuda” Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “bahasa persatuan bangsa”
yang memilki fungsi-fungsi sebagai;
1. Lambang identitas Nasional.
2. Lambang kebanggaan kebangsaan.
3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda agama,ras,budaya,adat istiadat dan Budaya.
Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada tangal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah;
1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
kedudukan bahasa indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum dalam:
1. Ikrar ketiga sumpah pemuda 1928,yang berbunyi
”Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
1. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa
”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:
1. Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
2. Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
http://tithagalz.wordpress.com/2010/09/27/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/
Dengan bahasa,baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontrak sosial.
Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena
bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku.
bahasa Indonesia adalah bahasa resmi republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia
Fungsi dari bahasa Indonesia
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di ikrarkan pada 28 oktober 1928 yaitu hari “Sumpah Pemuda” Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “bahasa persatuan bangsa”
yang memilki fungsi-fungsi sebagai;
1. Lambang identitas Nasional.
2. Lambang kebanggaan kebangsaan.
3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda agama,ras,budaya,adat istiadat dan Budaya.
Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada tangal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah;
1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
kedudukan bahasa indonesia
Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting seperti yang tercantum dalam:
1. Ikrar ketiga sumpah pemuda 1928,yang berbunyi
”Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
1. Undang-Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa
”Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Dari Kedua hal tersebut, maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:
1. Bahasa kebangsaan, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah.
2. Bahasa negara (bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)
http://tithagalz.wordpress.com/2010/09/27/fungsi-dan-kedudukan-bahasa-indonesia/
Sejarah bahasa indonesia
sejarah singkat bahasa indonesia
________________________________________
Kelahiran Bahasa Indonesia
Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Kesadaran politis semacam inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia saat itu.
Pemuda-pemudi Indonesia pada masa pergerakan berhasil menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia. Dalam kongres tersebut tercetuslah ikrar bersama yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda . Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu salah satu butirnya adalah menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Adapun bunyi ikrar lengkap pemuda Indonesia yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda itu adalah sebagai berikut.
Teks Sumpah Pemuda
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut.
Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah NUsantara.
Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia.
Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial
Meskipun bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang digunakan pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu. Sementara itu, bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu dapat ditemukan pada tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu untuk penulisan batu prasasti, di antaranya sebagai berikut.
Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683 Masehi.
Prasasti yang ditemukan di Talang Tuwo (dekat Palembang) berangka tahun 686 Masehi.
Prasasti yang ditemukan di Kota Kapur (Bangka Barat) berangka tahun 686 Masehi.
Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi) berangka tahun 686 Masehi.
Prasasti dengan nama Inskripsi Gandasuli yang ditemukan di daerah Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi.
Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya berbentuk prosa diselingi puisi (?).
Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang berisi suatu model syair tertua .
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial
Pada abad XVI, ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perantara dalam kegiatan perdagangan. Bukti lain yang dapat dipaparkan adalah naskah/daftar kata yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di samping itu, pengakuan orang Belanda, Danckaerts, pada tahun 1631 yang mendirikan sekolah di Nusantara terbentur dengan bahasa pengantar. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan surat keputusan: K.B. 1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumiputera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan
Setelah Sumpah Pemuda, perkembangan Bahasa Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Belanda sebagai penjajah melihat pengakuan pada bahasa Indonesia itu sebagai kerikil tajam. Oleh karena itu, dimunculkanlah seorang ahli pendidik Belanda bernama Dr. G.J. Niewenhuis dengan politik bahasa kolonialnya. Isi politik bahasa kolonial Niewenhuis itu lebih kurang sebagai berikut.
Pengaruh politik bahasa yang dicetuskan Niewenhuis itu tentu saja menghambat perkembangan bahasa Indonesia. Banyak pemuda pelajar berlomba-lomba mempelajari bahasa Belanda, bahkan ada yang meminta pengesahan agar diakui sebagai orang Belanda (seperti yang dilukiskan Abdul Muis dalam roman Salah Asuhan pada tokoh Hanafi). Sebaliknya, pada masa pendudukan Dai Nippon, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat membenci semua yang berbau Belanda; sementara itu orang-orang bumiputera belum bisa berbahasa Jepang. Oleh karena itu, digunakanlah bahasa Indonesia untuk memperlancar tugas-tugas administrasi dan membantu tentara Dai Nippon melawan tentara Belanda dan sekutu-sekutunya.
Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu (1) sebagai bahasa nasional , dan (2) sebagai bahasa resmi/negara .
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan.
Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
Lambang jati diri (identitas).
Lambang kebanggaan bangsa.
Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda.
Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah.
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.
Bahasa resmi negara .
Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.
Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
Perkembangan Bahasa Indonesia
1.
Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui Surat Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang bertugas:
mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan;
menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa;
menerima karangan pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya.
2
Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
3
Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen,
mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan .
4
Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.
http://archive.kaskus.us/thread/4833816
________________________________________
Kelahiran Bahasa Indonesia
Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan berbagai ragam bahasa daerah yang dimilikinya memerlukan adanya satu bahasa persatuan guna menggalang semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan ini sangat penting dalam perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Kesadaran politis semacam inilah yang memunculkan ide pentingnya bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa yang dapat menjembatani keinginan pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa dan budaya di Indonesia saat itu.
Pemuda-pemudi Indonesia pada masa pergerakan berhasil menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia. Dalam kongres tersebut tercetuslah ikrar bersama yang lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda . Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu salah satu butirnya adalah menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Adapun bunyi ikrar lengkap pemuda Indonesia yang dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda itu adalah sebagai berikut.
Teks Sumpah Pemuda
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku
bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut.
Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah NUsantara.
Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia.
Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial
Meskipun bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang digunakan pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu. Sementara itu, bukti-bukti yang tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu dapat ditemukan pada tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu untuk penulisan batu prasasti, di antaranya sebagai berikut.
Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683 Masehi.
Prasasti yang ditemukan di Talang Tuwo (dekat Palembang) berangka tahun 686 Masehi.
Prasasti yang ditemukan di Kota Kapur (Bangka Barat) berangka tahun 686 Masehi.
Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai Musi) berangka tahun 686 Masehi.
Prasasti dengan nama Inskripsi Gandasuli yang ditemukan di daerah Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi.
Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya berbentuk prosa diselingi puisi (?).
Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang berisi suatu model syair tertua .
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial
Pada abad XVI, ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perantara dalam kegiatan perdagangan. Bukti lain yang dapat dipaparkan adalah naskah/daftar kata yang disusun oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di samping itu, pengakuan orang Belanda, Danckaerts, pada tahun 1631 yang mendirikan sekolah di Nusantara terbentur dengan bahasa pengantar. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan surat keputusan: K.B. 1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah bumiputera diberi dalam bahasa Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan
Setelah Sumpah Pemuda, perkembangan Bahasa Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Belanda sebagai penjajah melihat pengakuan pada bahasa Indonesia itu sebagai kerikil tajam. Oleh karena itu, dimunculkanlah seorang ahli pendidik Belanda bernama Dr. G.J. Niewenhuis dengan politik bahasa kolonialnya. Isi politik bahasa kolonial Niewenhuis itu lebih kurang sebagai berikut.
Pengaruh politik bahasa yang dicetuskan Niewenhuis itu tentu saja menghambat perkembangan bahasa Indonesia. Banyak pemuda pelajar berlomba-lomba mempelajari bahasa Belanda, bahkan ada yang meminta pengesahan agar diakui sebagai orang Belanda (seperti yang dilukiskan Abdul Muis dalam roman Salah Asuhan pada tokoh Hanafi). Sebaliknya, pada masa pendudukan Dai Nippon, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat membenci semua yang berbau Belanda; sementara itu orang-orang bumiputera belum bisa berbahasa Jepang. Oleh karena itu, digunakanlah bahasa Indonesia untuk memperlancar tugas-tugas administrasi dan membantu tentara Dai Nippon melawan tentara Belanda dan sekutu-sekutunya.
Kedudukan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu (1) sebagai bahasa nasional , dan (2) sebagai bahasa resmi/negara .
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan.
Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.
Lambang jati diri (identitas).
Lambang kebanggaan bangsa.
Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda.
Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah.
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.
Bahasa resmi negara .
Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.
Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
Perkembangan Bahasa Indonesia
1.
Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui Surat Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang bertugas:
mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan;
menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa;
menerima karangan pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya.
2
Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.
3
Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen,
mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan .
4
Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting.
http://archive.kaskus.us/thread/4833816
Dialek dan Ragam bahasa
Dialek dan ragam bahasa
Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang disebut sebagai ragam bahasa.
Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut:
1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak terhad. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.
Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:
1. ragam undang-undang
2. ragam jurnalistik
3. ragam ilmiah
4. ragam sastra
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:
1. ragam lisan, terdiri dari:
1. ragam percakapan
2. ragam pidato
3. ragam kuliah
4. ragam panggung
2. ragam tulis, terdiri dari:
1. ragam teknis
2. ragam undang-undang
3. ragam catatan
4. ragam surat-menyurat
Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk:
1. komunikasi resmi
2. wacana teknis
3. pembicaraan di depan khalayak ramai
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
Pada keadaannya bahasa Indonesia menumbuhkan banyak varian yaitu varian menurut pemakai yang disebut sebagai dialek dan varian menurut pemakaian yang disebut sebagai ragam bahasa.
Dialek dibedakan atas hal ihwal berikut:
1. Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.
2. Dialek sosial, yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3. Dialek temporal, yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
4. Idiolek, yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan kekayaan kata.
Ragam bahasa dalam bahasa Indonesia berjumlah sangat banyak dan tidak terhad. Maka itu, ia dibagi atas dasar pokok pembicaraan, perantara pembicaraan, dan hubungan antarpembicara.
Ragam bahasa menurut pokok pembicaraan meliputi:
1. ragam undang-undang
2. ragam jurnalistik
3. ragam ilmiah
4. ragam sastra
Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara dibagi atas:
1. ragam lisan, terdiri dari:
1. ragam percakapan
2. ragam pidato
3. ragam kuliah
4. ragam panggung
2. ragam tulis, terdiri dari:
1. ragam teknis
2. ragam undang-undang
3. ragam catatan
4. ragam surat-menyurat
Dalam kenyataannya, bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan, tetapi hanya untuk:
1. komunikasi resmi
2. wacana teknis
3. pembicaraan di depan khalayak ramai
4. pembicaraan dengan orang yang dihormati
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
Tata bahasa
Tata bahasa
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak menggunakan kata bergender. Sebagai contoh kata ganti seperti "dia" tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti "adik" dan "pacar" sebagai contohnya. Untuk memerinci sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat harus ditambahkan, "adik laki-laki" sebagai contohnya.
Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya "putri" dan "putra". Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain. Pada kasus di atas, kedua kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.
Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks. Sebagai contoh "seribu orang" dipakai, bukan "seribu orang-orang". Perulangan kata juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu "kami" dan "kita". "Kami" adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan "kita" adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar yaitu Subyek - Predikat - Obyek (SPO), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, "kemarin" atau "esok"), atau petunjuk lain seperti "sudah" atau "belum".
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia
1. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.[17]
3. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
4. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
5. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
6. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
7. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
8. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
9. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
11. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
12. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
14. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
15. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
16. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.[17]
3. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
4. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
5. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
6. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
7. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
8. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
9. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
10. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
11. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
12. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
14. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
15. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
16. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)